BACAMALANG.COM – Dosen Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Venus Kusumawardana, SE. MM, memberikan sorotan terkait Penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Indonesia.
Seperti diketahui, KTT G20 banyak memberikan manfaat langsung bagi Indonesia. Diprediksi kontribusinya mencapai 533 juta Dollar AS atau sekitar Rp 7,4 triliun pada produk domestik bruto (PDB), termasuk juga peningkatan konsumsi domestik hingga Rp 1,7 triliun.
“G 20 adalah forum kerja sama multilateral yang terdiri dari 19 negara utama dan Uni Eropa (EU). G20 merepresentasikan lebih dari 60% populasi bumi, 75% perdagangan global, dan 80% PDB dunia. Anggota G20 terdiri dari Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brasil, India, Indonesia, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Meksiko, Republik Korea, Rusia, Perancis, Tiongkok, Turki, dan Uni Eropa,” tegas Venus kepada bacamalang.com, Minggu (6/11/2022).
Dikatakannya Konferensi Tingkat Tinggi Pemimpin Negara Anggota G 20 di Bali akan dilaksanakan pada pertengahan November 2022 mendatang. Dan Indonesia menjadi Presidensial G20 dalam kesempatan ini.
Penyelenggaraan KTT G20 sendiri akan menghasilkan outcome berupa Leaders’ Declaration yang merupakan komitmen dari para Pemimpin G20 terhadap upaya bersama dalam pemulihan ekonomi dan kesehatan pasca pandemi Covid-19.
Penyelenggaraan KTT G20 sendiri akan didahului oleh penyelenggaraan Pertemuan Sherpa G20 (Sherpa Meeting) dan Pertemuan Deputies Finance. Dalam Sherpa Meeting akan dilakukan pembahasan seluruh substansi yang akan dituangkan dalam Leaders’ Declaration.
Substansi dari Leaders’ Declaration ini lebih kepada bagaimana kita mendetailkan hal-hal yang terkait prioritas-prioritas yang ada di G20 utamanya adalah 3+1 prioritas yaitu arsitektur kesehatan global, tranformasi ekonomi berbasis digital, transisi energi, dan ketahanan pangan.
Diterangkannya yang paling penting dalam Leaders’ Declaration ini, seluruh sherpa sedang proses di dalam membahas berbagai kesepakatan yang nanti akan dituangkan di Leaders’ Declaration,”
Presidensi G20 Indonesia mengenalkan pendekatan yang baru dengan menghasilkan concrete deliverables berupa proyek, program, atau inisiatif.
Proyek, program, atau inisiatif tersebut diklasifikasikan berdasarkan 3 prioritas Presidensi Indonesia 2022 dan akan dituangkan dalam Leaders’ Declaration yaitu pada Annex G20: Action for Strong and Inclusive Recovery dan diharapkan dapat menjadi lead examples bagi pembangunan berkelanjutan yang riil dan konkret dengan memanfaatkan kerja sama internasional yang melibatkan peran multi stakeholders. Melalui concrete deliverables ini berbagai proyek tersebut diharapkan akan memberikan manfaat yang nyata dan menjadi legacy bagi Indonesia.
Penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 memberikan banyak manfaat terkait isu perkotaan, membuka kerja sama yang lebih intens tentang isu perkotaan, isu transportasi, isu lingkungan hidup, isu climate change, isu SDGs.
Juga membuka ruang bagi Indonesia untuk memainkan peran yang sangat strategis di bidang perdamaian dunia. Diprediksi kontribusi G20 mencapai 533 juta Dollar AS atau sekitar Rp7,4 triliun pada produk domestik bruto (PDB) Indonesia, termasuk juga peningkatan konsumsi domestik hingga Rp 1,7 triliun.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan bahwa perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan yang tinggi pada bulan April – Juni 2022. Akselerasi ekonomi tersebut dicerminkan dengan adanya peningkatan ekonomi pada bulan April – Juni 2022 yang mencapai 5,44% (yoy) yang dimana sebelumnya hanya mencapai 5,07% (yoy).
Pertumbuhan ini juga didukung dengan konsumsi rumah tangga yang meningkat menjadi 5,51% (yoy) yang sebelum nya hanya menyentuh angka 4,34% (yoy). Meskipun kita tau ekonomi global yang saat ini mengalami risiko pelemahan ekonomi dan tekanan inflasi yang semakin meninggi.
Hal lain yang terlihat juga dari persiapan pelaksanaan G20 adalah mulai menggeliat dan perekonomian meningkatnya PDB Regional di Bali, dari Agustus hingga akhir September, ada sekitar 15 kali ministerial meeting, dari sisi trafik sudah terlihat peningkatan lebih dari 70 persen dari trafik sebelumnya dalam segi transportasi, tingkat hunian juga melebihi pra pandemi.
Demikian juga sektor pendukung side event. Memberikan dampak maksimal dan langsung bagi masyarakat seperti peningkatan wisatawan mancanegara hingga 1,8 juta – 3,6 juta dan juga 600 ribu – 700 ribu lapangan kerja baru ditopang kinerja bagus sektor kuliner, fesyen, dan kriya.
Diungkapkannya dari manfaat positif dan peran nyata penyelenggaran G20 secara umum akan dirasakan nyata bagi bangsa Indonesia diantaranya :
Pertama, salah satu kesuksesan G20 terbesar adalah dukungannya dalam mengatasi krisis keuangan global 2008 saat krisis subprime mortgage USA. Berlanjut saat terjadinya perang dagang antara USA dan China. G20 telah turut mengubah wajah tata kelola keuangan global, dengan menginisiasi paket stimulus fiskal dan moneter yang terkoordinasi, dalam skala sangat besar. G20 juga mendorong peningkatan kapasitas pinjaman IMF, serta berbagai development banks utama. G20 dianggap telah membantu dunia kembali ke jalur pertumbuhan, serta mendorong beberapa reformasi penting di bidang finansial.
Kedua, G20 telah memacu OECD untuk mendorong pertukaran informasi terkait kebijakan perpajakan. Pada 2012, G20 menghasilkan cikal bakal Base Erosion and Profit Shifting (BEPS) keluaran OECD, yang kemudian difinalisasikan pada 2015. Melalui BEPS, saat ini 139 negara dan jurisdiksi bekerja sama untuk mengakhiri penghindaran pajak. Yang kemudian keluarlah kebijakan tax amnesty.
Ketiga, inisiatif G20 memberikan konstribusi dalam penanganan pandemi Covid-19 mencakup penangguhan pembayaran utang luar negeri negara berpenghasilan rendah, Injeksi penanganan Covid-19 sebanyak lebih dari 5 triliun USD (Riyadh Declaration), penurunan/penghapusan bea dan pajak impor, pengurangan bea untuk vaksin, hand sanitizer, disinfektan, alat medis dan obat-obatan.
Keempat, G20 berperan dalam isu internasional lainnya, termasuk perdagangan, iklim, dan pembangunan. Pada 2016, diterapkan prinsip-prinsip kolektif terkait investasi internasional. G20 juga mendukung gerakan politis yang kemudian berujung pada Paris Agreement on Climate Change di 2015, dan The 2030 Agenda for Sustainable Development.
Ia menjabarkan manfaat G20 lainnya bagi indonesia selengkapnya yaitu :
Presidensi G20 di tengah pandemi membuktikan persepsi yang baik atas resiliensi ekonomi Indonesia terhadap krisis.
• Merupakan bentuk pengakuan atas status Indonesia sebagai salah satu negara dengan perekonomian terbesar di dunia, yang juga dapat merepresentasikan negara berkembang lainnya.
• Momentum presidensi ini hanya terjadi satu kali setiap generasi (+ 20 tahun sekali) dan harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk memberi nilai tambah bagi pemulihan Indonesia, baik dari sisi aktivitas ekonomi maupun kepercayaan masyarakat domestik dan internasional.
• Indonesia dapat mengorkestrasi agenda pembahasan pada G20 agar mendukung dan berdampak positif dalam pemulihan aktivitas perekonomian Indonesia.
• Menjadi kesempatan menunjukkan kepemimpinan Indonesia di kancah internasional, khususnya dalam pemulihan ekonomi global. Dari perspektif regional, Presidensi ini menegaskan kepemimpinan Indonesia dalam bidang diplomasi internasional dan ekonomi di kawasan, mengingat Indonesia merupakan satu-satunya negara di ASEAN yang menjadi anggota G20.
• Membuat Indonesia menjadi salah satu fokus perhatian dunia, khususnya bagi para pelaku ekonomi dan keuangan. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk menunjukkan (showcasing) berbagai kemajuan yang telah dicapai Indonesia kepada dunia, dan menjadi titik awal pemulihan keyakinan pelaku ekonomi pascapandemi, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
• Pertemuan-pertemuan G20 di Indonesia juga menjadi sarana untuk memperkenalkan pariwisata dan produk unggulan Indonesia kepada dunia internasional, sehingga diharapkan dapat turut menggerakkan ekonomi Indonesia.
Dengan demikian harapan dunia pada G20 yang sangat besar agar dapat memimpin pemulihan ekonomi global dan menghasilkan solusi yang konkret. G20 harus menjadi katalis bagi pemulihan global yang kuat, inklusif, dan berkelanjutan. Inklusifitas menjadi kunci. Oleh karena itu isu inklusifitas ini sangat terefleksi dari tema besar keketuaan Indonesia, yaitu pulih bersama, pulih makin kuat.
G20 merupakan sumber harapan untuk membantu dunia menavigasi gelombang krisis yang memporak-porandakan situasi global yang tengah kita hadapi. Kepercayaan ini lahir dari kesuksesan G20 dalam merespons krisis keuangan global 2008, hingga yang terkini dalam aksi penanganan pandemi COVID-19.
“Yang diperlukan oleh semua negara, termasuk Indonesia, pada situasi seperti sekarang ini adalah harapan. Harapan kita G20 dapat menciptakan harapan bagi seluruh masyarakat agar mereka bisa pulih. Pulih sosial ekonominya,” urainya.
Dijelaskannya harapan prioritas Indonesia untuk setahun ke depan yaitu bagaimana Indonesia bisa membangun arsitektur kesehatan dunia yang lebih kuat transisi energi dan transformasi digital.
Harapan lainnya Forum G20 dapat dijadikan kesempatan bagi indonesia untuk menjual potensi potensi baik dari SDA atau SDM Indonesia untuk dapat meningkatkan perekonomian Negara baik PDB maupun GDPnya.
“Dengan demikian Indonesia agar dapat mendorong ekspor-ekspor yang lebih baik dan maksimal lagi bagi negara-negara anggota G20 khususnya dan menggaet investasi yang dibutuhkan untuk mempercepat pemulihan ekonomi khususnya di energi terbarukan, dan kita optimistis Indonesia dapat melaksanakannya dengan baik. Sehingga akan tercapai kesejahteraan masyarakat yang adil dan makmur bagi seluruh rakyat Indonesia,” pungkasnya. (had)
