Aliansi Mahasiswa UMM Gelar Peringatan Setahun Tragedi Kanjuruhan

Aliansi Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), menggelar peringatan setahun Tragedi Kanjuruhan, dengan pentas seni, nobar Film Nisan Tanpa Keadilan, dan musikalisasi. (ist)

BACAMALANG.COM – Aliansi Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), menggelar peringatan setahun Tragedi Kanjuruhan, baru-baru ini. Acara tersebut diisi dengan kegiatan pentas seni, nobar Film Nisan Tanpa Keadilan, dan musikalisasi.

Koordinator Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Ahmad Haidar mengungkapkan, gerakan ini diteruskan karena kemarin ada beberapa hal yang belum selesai.

“Jadi kalau dari saat mereka berangkat duluan, maka kami mengawal dari sisi advokasi, dari sisi masyarakat ke masyarakat,” tegasnya.

Dikatakannya, harapannya pembangunan gerakan-gerakan yang hari ini mungkin terlihat sudah terpecah-belah, maka ingin menyatukan lagi tertanam kuat berawal dari UMM, memperkuat gerakan akar rumput.

“Harapannya ini ada kesadaran nanti jika ada hal – hal yang bisa kita bantu kita informasikan ke organisasi,” paparnya.

Sementara itu, Ketua Senat Mahasiswa UMM, Muhammad Tomardi al Richese yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa UMM mengatakan, kegiatan diisi kolaborasi panggung ekspresi dan nonton bersama.

Tujuannya, memperingati satu tahun Tragedi Kanjuruhan, dimana pihaknya mengingatkan kepada seluruh mahasiswa khususnya UMM, bahwa sebagai representasi mahasiswa selalu berdiri bersama masyarakat dan korban untuk mengusut tuntas Tragedi Kanjuruhan sebagai pelanggaran HAM berat.

Pihaknya juga menuntut pelanggaran-pelanggaran HAM yang di mana korban itu ada sebagian adalah anak yang di mana diketahui bahwa anak sendiri memiliki hak tersendiri, memiliki hak partisipasi hak hidup tumbuh dan kembangnya pada saat malam hari itu 1 Oktober 2022, banyak menjadi korban dan itu merupakan pelanggaran hak juga terhadap anak, yang disampaikan kepada teman-teman untuk mengingatkan kejadian tersebut.

“Kegiatan ini juga kami ekspresikan melalui puisi puisi dan lantunan-lantunan musik yang mengingatkan dan menyemangati seluruh elemen mahasiswa di UMM,” tandasnya.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Aremania Kampus Putih UMM, Pras menuturkan, hal yang saat ini dilaksanakan merupakan lanjutan perjuangan yang pihaknya laksanakan sebelum-sebelumnya.

Yang dari awal tahun kemarin sudah berjuang mulai dari non litigasi maupun litigasi, yang ada di berbagai lembaga bantuan hukum lainnya.

Ia menuturkan pihaknya menggaet mahasiswa di kampus lain, untuk ikut mendukung gerakan ini.

Dikatakannya untuk Aremania di kampus lain yang digaet terkhusus pertama dari kampus UNISMA, Polinema, UB dan UIN, juga ada teman Arema AS dimana basecamp nya ada di sebelah kampus.

“Tentunya untuk merawat ingat salah satu korban yang ada di Kanjuruhan itu sendiri ada mahasiswa UMM sendiri, jadi kami tetap bersuara di sana,” tukasnya.

Ia menuturkan, bentuk-bentuk kegiatan bermacam-macam, seperti panggung ekspresi, musikalisasi puisi dan sebagainya.

Bentuk kegiatan ini bertujuan tetap terus menyuarakan terkait dengan Tragedi Kanjuruhan sebagai pelanggaran HAM yang berimplikasi sangat berat pada masyarakat.

Ia menjelaskan alasan pentingnya menonton film Nisan Tanpa Keadilan yang dirilis baru-baru saja kemarin tanggal 1 Oktober 2023.

Dikatakannya, pihaknya ingin terus merajut dan mengingat kembali tragedi tersebut.

“Tragedi Kanjuruhan ini merupakan tragedi yang sangat-sangat bobrok, yang dilakukan oleh aparat penegakan hukum itu sendiri khususnya kepolisian,” urainya mengakhiri.

Pewarta : Hadi Triswanto
Editor/Publisher : Aan Imam Marzuki