BACAMALANG.COM – Masih tingginya kurva pandemi yang berakibat pada keterpurukan ekonomi, otomatis menjadikan kepedulian terhadap pemberdayaan kepada masyarakat semakin meningkat.
Hal ini selayaknya menjadi komitmen bersama pada semua lapisan dan elemen seluruh strata masyarakat Indonesia.
Pelatihan SLA
Terkait hal tersebut, pada tanggal 30 September – 5 Oktober 2020 yang akan datang, Dial Foundation menyelenggarakan pelatihan metode pendampingan untuk penguatan masyarakat serta kelompok dalam pendekatan penghidupan Lestari atau Sustainable Livelihood Approach (SLA).
Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin dial foundation yang diselenggarakan di Pendope Kembang Kopi, Dusun Ngemplak, Desa Sumbersuko, Kecamatan Wagir Kabupaten Malang.
Pelatihan ini adalah angkatan ke- 3, seri 1 dari dua seri pelatihan yang diselenggarakan pada setiap angkatan.
Saat ini sudah ada sekitar 100 orang alumni dari pelatihan ini yang tersebar di Indonesia.
Pelatihan ini umumnya diikuti oleh pengiat dan praktisi pendamping masyarakat desa dan kelompok usaha masyarakat.
Kegiatan ini sempat berhenti hampir 7 bulan, terakhir dilaksanakan pada bulan Februari 2020 yang lalu.
Pada periode lalu, peserta beasal dari Jambi, Kalimantan Timur dan dari Papua.
Kali ini diharapakan peserta juga dari penjuru Indonesia supaya peserta memiliki wawasan yang lebih luas yang diperoleh dari teman peserta.
Diharapkan 20 peserta hadir dan dengan menerapkan standar kesehatan dalam masa pandemi ini. Sebelumnya peserta yang mengikuti pelatihan ini sampai dengan 40 orang, namun kali ini dibatasi.

Metode Partisipasi
Materi pelatihan yang diberikan adalah pemahaman apa yang disebut dengan Pendekatan Penghidupan Lestari sebagai kerangka analisa sosial, metode penggalian data dan informasi dalam prinsip-prinsip partisipasi.
Selain itu peserta juga diajak paham bagaiman pendekatan partisipasi itu dilaksanakan dan memberikan pencerahan kepada warga masyarakat tentang bagaimana pembangunan itu dilakukan.
Manager Pendopo Kembangkopi, Sugie, menjelaskan bahwa kali ini dengan jumlah yang hanya separuh dari daya tampung diharapkan peserta bisa lebih intensif belajar.
Selain kegiatan di dalam kelas (pendopo), kegiatan praktek dilakukan di masyarakat.
“Tidak hanya belajar mengumpulkan data dan informasi dari masyarakat tetapi juga belajar bersama masyarakat dalam memberikan perspektif baru, sehingga terjadi partisipasi dalam pengembangan masyarakat yang didampingi,” tandas Sugie.
Sementara itu, Founder dial-foundation yang mengembangkan Pendopo Kembangkopi Pietra Widiadi, mengatakan bahwa pelatihan ini akan berlangsung dalam 2 seri (tahap).
“Seri pertama adalah upaya memahami konsep dan prinsip dalam pendampingan, dan seri ke 2 adalah menyusun sebuah strategi sehingga pembangunan itu memang atas dasar kebutuhan masyarakat dan bukan kebutuhan pendamping, atau lembaga Pendamping,” terang pria alumnus Universitas Airlangga ini.
Peserta pelatihan ini untuk umum, namun umumnya yang mengikuti adalah pegiat dari LSM, Pemerintah Desa atau akademisi. (*)