“Cahaya Hati di Balik Jeruji”, Sebuah Antologi Cerpen Karya Warga Binaan Lapas Perempuan Malang

Inu (kiri), dan April dengan buku Antologi Cerpen Cahaya Hati di Balik Jeruji, dalam launching buku di Malang Creative Center (MCC), Senin (22/5/2023). (Nedi Putra AW)

BACAMALANG.COM – Ada anggapan bahwa kebebasan akan membuat seseorang menjadi lebih produktif dibanding mereka yang berada dalam keterbatasan. Pada kenyataannya, banyak ide bahkan karya justru muncul dari ruang yang terbatas, salah satunya dari sebuah bilik di penjara. Seperti buku Antologi Cerpen berjudul “Cahaya Hati di Balik Jeruji” karya warga binaan Lapas Perempuan Kelas II A Malang.

Buku ini diluncurkan dan sekaligus dibedah dalam suatu forum di gedung Malang Creative Center (MCC), Senin (22/5/2023), dengan pemateri Kepala Lembaga Kebudayaan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) DR. Daroe Iswatiningsih, sastrawan M. Nashir, dengan moderator Dosen Prodi Ilmu Komunikasi UMM DR. Frida Kusumastuti. Hadir pula dua warga binaan yang berkontribusi dalam menulis buku antologi cerpen ini.

Sebut saja April, wanita berusia 30 tahun dengan cerpen bertajuk “Sebuah Pilihan Yang Salah” dalam buku ini.

“Seperti judulnya, cerita pendek ini mengisahkan bagaimana orang harus benar-benar memikirkan terlebih dahulu sebelum bertindak,” ungkapnya.

Meskipun fiksi, ibu dua anak ini mengaku bahwa tulisannya berdasarkan pengalaman pribadinya.

“Saya salah dalam mengambil keputusan, sehingga harus mendekam di sini dan berpisah dengan anak-anak maupun keluarga saya,” ujar wanita asal Malang ini.

April mengaku ini adalah pertama kali dirinya menulis sebuah cerpen, dengan berbekal dari hobi menulis diary yang ditekuninya sejak pertama kali harus menjadi warga binaan.

“Harapannya buku ini semoga bisa bermanfaat bagi pembacanya,” tukas dia.

Kepala Lembaga Kebudayaan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) DR. Daroe Iswatiningsih, (tengah), sastrawan M. Nashir, dan moderator Dosen Prodi Ilmu Komunikasi UMM DR. Frida Kusumastuti saat bedah buku. (Nedi Putra AW)

Senada dengan April, bagi Inu, 33, menulis cerpen menjadi pengalaman yang luar biasa.

“Jika mbak April suka menulis diary, kalau saya lebih suka berfantasi dari buku-buku novel. Nah, khayalan-khayalan itulah yang saya tuangkan menjadi cerpen ini,” tuturnya.

Warga Tuban ini mengaku awalnya masih bingung bagaimana mewujudkan fantasi tersebut menjadi sebuah tulisan. Hingga akhirnya pada bulan Agustu 2022 lalu dirinya berkesempatan mengikuti pelatihan yang digelar Universitas Muhammadiyah Malang.

“Meski hanya sehari tapi dapat memicu saya untuk mulai menulis,” imbuh penulis cerpen berjudul Difference ini.

Inu mengatakan, hampir semua cerpen dalam buku ini ditulis dirinya dan rekan-rekan dalam keheningan malam.

“Setelah semua kegiatan selesai, semua beristirahat, saya dan mbak April maupun teman-teman, baru menulisnya dengan tangan di atas lembaran-lembaran kertas folio,” kisahnya.

Cerpen tulisannya sendiri mengisahkan tentang romansa dari dua insan yang berbeda agama.

“Kisahnya tentu saja fiksi, meski ada tambahan dari pengalaman pribadi,” ungkapnya sambil tersipu.

Ibu satu putri ini berharap kebiasaan menulis ini dapat dikembangkan, baik di dalam lapas maupun nanti setelah “lulus” dan menjadi modal ketrampilan saat terjun kembali ke masyarakat.

“Syukur-syukur setelah ini bisa bikin novel,” tutur wanita berkulit putih ini. 

Di sisi lain, editor Antologi Cerpen “Cahaya Hati di Balik Jeruji” Sabrina, mengaku sangat takjub dengan kemampuan dan kemauan dari warga binaan ini. Kerja keras dirinya bersama tim dari UMM untuk menata lembaran-lembaran folio bertuliskan tangan mereka menjadi 38 cerita dalam buku ini seakan terbayar tuntas.

“Hasilnya sudah cukup baik untuk tingkat pemula, kami hanya merapikan dan menyempurnakan dari sisi redaksional seperti typo maupun kata-kata yang kurang tepat saja,” terangnya.

Sedangkan sastrawan M Nashir menilai buku ini menjadi semangat baru bagi warga binaan, sehingga mereka akan merasa menjadi orang yang bermanfaat.

“Buku ini sebagai momentum penting untuk menjadi manusia baru sebagai penulis lewat peralihan pskologis dari justifikasi minor dari masyarakat,” tuturnya.

Pria yang akrab disapa Nashir Ngeblues ini menilai secara psikologis hal ini sangat penting, mengingat rata-rata warga binaan penulis buku ini adalah sosok ibu yang akan mendampingi proses anak-anaknya. Ia juga menyinggung peran penting dari UMM hingga terwujudnya buku ini yang tentu saja menambah kekayaan literasi di Indonesia.

“Menjalankan tanggung jawab sosial agar bermanfaat memang bisa dilakukan dengan berbagai cara, namun yang dilakukan tim ini memang sangat dahsyat, banyak hal diraih dalam sekali kayuh,” pungkasnya.

Peluncuran dan bedah buku  Antologi Cerpen “Cahaya Hati di Balik Jeruji” ini juga dihadiri Plt Kepala Lapas Perempuan Kelas II A Malang Lilik Sulistiyowati SH, sejumlah undangan dan diisi hiburan musikalisasi puisi dari mahasiswa UMM.

Pewarta : Nedi Putra AW
Editor/Publisher : Aan Imam Marzuki