Cegah Stunting, Posyandu Balita Aprillia Gelar Pertemuan Tatap Muka Pertama

BACAMALANG.COM – Pandemi COVID-19 selama dua tahun terakhir berdampak  terhadap berbagai sektor baik mulai perekonomian, pendidikan, hingga kesehatan. Selain penanganan pandemi COVID-19, intervensi penurunan stunting menjadi salah satu prioritas Pemerintah saat ini. Stunting adalah kekurangan gizi dalam jangka waktu panjang yang menyebabkan tinggi anak sulit bertambah hingga kerdil.

Berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Tingkat Nasional tahun 2021, angka stunting secara nasional mengalami penurunan sebesar 1,6 persen per tahun dari 27.7 persen tahun 2019 menjadi 24,4 persen tahun 2021. Salah satunya adalah peran Pos Pelayan Terpadu (Posyandu) khususnya bagi anak di bawah lima tahun atau balita, yang berkontribusi besar untuk menekan atau mencegah kejadian stunting. Seperti yang dilakukan di Posyandu Aprillia di RW 01, Kelurahan Lowokwaru, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang.

Posyandu balita ini menggelar kegiatan tatap muka yang pertama kali di bulan Januari 2022 ini. “Kegiatan ini tentu sudah sesuai rekomendasi dari pihak Puskesmas dan Kelurahan dan tetap mengedepankan protokol kesehatan,” ungkap Aindah, salah seorang kader Posyandu Aprillia di sela kegiatan, Rabu (5/1/2022).

Menurut Aindah, masa pandemi tidak membuat para kader Posyandu di wilayahnya berdiam diri. “Kami tetap rutin memantau dengan koordinasi dari Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dengan pelaporan memanfaatan teknologi informasi dan komunikasi,” jelasnya.

Dia menerangkan, dari kegiatan di posyandu seperti penimbangan berat badan hingga ukuran tubuh bayi atau anak balita ini akan didapatkan data yang valid, atau setidaknya mengingatkan imunisasi yang harus diberikan sesuai jadwal. “Sehingga jika ada anak atau bayi yang perkembangannya tidak sesuai dengan yang diharapkan, kami dapat segera lapor ke Puskesmas untuk direkomendasikan mendapatkan PMT atau Pemberian Makanan Tambahan,” paparnya.

Namun Aindah mengatakan bawah stunting dapat saja terjadi dari pengukuran yang kurang tepat saat pelaksanaan kegiatan posyandu. Oleh karena itu, wanita yang sudah lebih dari 20 tahun menjadi kader posyandu ini berharap pihak Puskesmas selalu memberi pengarahan secara rutin kepada kader-kader Posyandu.
“Pengarahan tersebut khususnya kepada kader-kader baru, sehingga data yang didapat selain valid akan dapat dipertanggungjawabkan untuk mendapatkan penanganan lanjutan yang tepat,” tandasnya.

Mirtania, salah seorang orang tua dari bayi yang berumur 15 bulan ini merasa bersyukur sejumlah kasus COVID-19 sudah semakin melandai, sehingga memungkinkan melakukan kegiatan di posyandu secara tatap muka. “Saat pandemi yang tidak memungkinkan tatap muka untuk mencegah penularan virus, saya tetap berkoordinasi dengan anggota kader posyandu ini lewat media sosial Whatsapp,” ungkapnya.

Ibu dua anak ini mengaku lebih lega karena kegiatan di posyandu balita sudah berlangsung seperti biasa, sehingga jika terjadi ketidaksesuaian perkembangan pada bayinya akan mendapat penanganan yang lebih cepat. (ned)