El Nino Melanda, Waspadai Sejumlah Penyakit dan Penanggulangannya

Sekretaris Dinkes Kota Malang, dr Umar Usman MM. (ist)

BACAMALANG.COM – BMKG memperkirakan fenomena El Nino akan berlangsung hingga awal tahun 2024 dan hal ini rawan memicu beragam penyakit yang mengganggu kesehatan masyarakat.

“Kita semua diharapkan tetap tenang namun layak waspada mencegah penyakit yang dipicu adanya El Nino,” tegas Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Malang dr Umar Usman MM kepada BacaMalang.com, Selasa (3/10/2023).

Ia menjelaskan biasanya penyakit yang timbul yakni batuk, pilek, faringitis (radang tenggorokan), Difteri, TBC, Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Diare.

Penyakit tersebut terjadi, karena hawa yang terlalu panas, beserta banyaknya debu yang bertebaran.

“Kita wajib menghilangkan sumber penyebab DBD atau perindukan nyamuk dan nyamuk dewasanya itu,” tandas pria alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga ini.

Gejala DBD perlu diwaspadai yaitu badan panas, badan terasa lemas, nyeri punggung, sendi dan tulang, hingga mirip terkena gejala flu.

Penyakit DBD cara pengendaliannya dengan pemberantasan sarang nyamuk membangkitkan kesadaran masyarakat, melakukan gerakan satu rumah satu jumantik, termasuk di sekolah (mengaktifkan UKS), menguras, menutup, dan mengubur (3M).

Sementara itu, untuk Penyakit Difteri selama Januari – Agustus 2023 ini ditemukan 6 kasus (anak-anak usia 1-15 tahun) dengan satu di antaranya meninggal dunia.

Pemkot Malang menetapkan Kejadian Luar Biasa (KLB) Difteri setelah temuan kasus pasien meninggal dan sejak awal Agustus dilaksanakan Outbreak Response Immunization (ORI) atau pemberian imunisasi massal anak usia 1-15 tahun.

Difteri disebabkan infeksi bakteri Corynebacterium dengan gejala berupa sakit tenggorokan, demam, dan terbentuknya lapisan di amandel dan tenggorokan. Dalam kasus yang parah, infeksi bisa menyebar ke organ tubuh lain seperti jantung dan sistem saraf.

Gejala difteri antara lain demam dan terasa nyeri di tenggorokan. Saat seseorang membuka mulut, maka biasanya ditemukan bercak putih, diperiksa sampel dari usapan dinding tenggorokan itu untuk memastikan apakah bercak tersebut betul-betul kuman dari bakteri difteri atau bukan.

Penyakit ini bisa dicegah dengan pemberian imunisasi khususnya kepada anak-anak lewat posyandu maupun datang langsung ke sekolah, serta khusus siswa SD kelas 1, 2 dan 5 juga diberikan imunisasi difteri, pertussis dan tetanus (DPT).

Sedangkan untuk TBC adalah salah satu penyakit menular disebabkan infeksi bakteri (Mycobacterium tuberculosis), berpotensi menyerang berbagai organ tubuh, salah satunya paru-paru.

TB Paru mempunyai ciri-ciri memunculkan gejala utama yakni : sesak nafas, batuk berlangsung lama hingga lebih dari 3 minggu, batuk berdarah, dada terasa nyeri, demam, menggigil, mudah lelah, berat badan turun drastis, nafsu makan menghilang, dan berkeringat di malam hari.

dr Umar menuturkan, saat seseorang mengidap TB paru dan tidak mendapatkan penanganan yang tepat, maka kemungkinan komplikasi bisa terjadi, yakni seiring perkembangannya, bakteri TB paru juga menyebar ke bagian tubuh lainnya, berdampak pada kerusakan sendi, kelainan pada jantung, nyeri punggung, masalah pada ginjal dan hati, serta peradangan selaput otak atau meningitis.

Diungkapkannya, untuk pengobatan TB Paru yakni biasanya, dokter menganjurkan pengidap mengonsumsi obat mengandung jenis antituberkulosis, yaitu antibiotik khusus digunakan mematikan infeksi bakteri TB, melalui 2 tahap yaitu intensif dan lanjutan selama 6-12 bulan.

Ia memaparkan beberapa obat TBC paru yang bisa digunakan tahap pengobatan pertama : Pyrazinamide, Isoniazid, Streptomisin, Rifampin, dan Ethambutol.

Ketika seseorang mengalami resisten terhadap obat antituberkulosis, maka Ia harus menjalani pengobatan lini kedua menggunakan obat TBC paru antara lain : Pyrazinamide, Amikacin bisa diganti dengan kanamycin Ethionamide atau prothionamide, Cycloserine atau PAS, Capreomycin Para-aminosalicylic acid (PAS), Ciprofloxacin, Ofloxacin, Levofloxacin.

Sementara, pencegahan TBC adalah dengan memberikan suntikan vaksin BCG (Bacille Calmette-Guerin) yang biasanya diberikan kepada bayi dan anak-anak pada saat masa imunisasi sebanyak satu kali.

Penyakit lainnya yang perlu diwaspadai adalah Diare, rawan pada musim kemarau panjang seperti sekarang ini.

“Masyarakat harus waspada krisis air bersih menimbulkan berbagai penyakit menular di antaranya Diare,” kata pria yang juga Wakil Ketua PC NU Kabupaten Malang ini.

Masyarakat jika memasak air dan makanan yang diolah sendiri, harus mendidih dan kondisinya bersih juga rajin mencuci tangan dengan menggunakan sabun sehingga tidak terkontaminasi bakteri E-coli menyebabkan buang air besar hingga berkali-kali dan penderita bisa kehabisan cairan dalam tubuhnya atau dehidrasi.

“Kami minta warga yang terserang diare agar berobat ke puskesmas terdekat,” tukas pria berjuluk Dokter Rakyat ini.

Petugas medis di puskesmas-puskesmas diminta agar mensosialisasikan kesehatan kepada masyarakat setempat di antaranya membudayakan pola hidup sehat juga mengonsumsi makanan yang memiliki kandungan gizi, protein dan karbohidrat.

Selama ini, penyebaran penyakit Diare itu akibat warga mengonsumsi air yang tidak bersih saat sumur dan sungai mengering karena kemarau dan masih banyak ditemukan masyarakat tidak memiliki sanitasi yang layak sehingga perilaku kebiasaan mereka buang air besar (BAB) sembarangan.

“Kami meminta petugas puskesmas agar tak henti-henti memberikan penyuluhan kesehatan guna mencegah penyakit menular,” katanya mengakhiri.

Pewarta : Hadi Triswanto
Editor/Publisher : Aan Imam Marzuki