BACAMALANG.COM – Warga Malang pastinya tidak asing dengan nama Buk Gludug, yang nama sebenarnya adalah struktur jembatan melintang di atas pertemuan Jalan Gatot Subroto dan Jalan Panglima Sudirman Kota Malang.
Jembatan tersebut itu kali ini dijadikan nama festival di Kampung Tridi untuk yang kedua kalinya. Jembatan ini lokasinya memang dekat dengan kampung yang terletak berseberangan dengan Kampung Warna-Warni Jodipan.
Festival ini menjadi istimewa karena dihadiri Finalis Kakang Mbakyu Kota Malang. Mereka dipandu Ketua Pokdarwis Kampung Tridi, Adnan, berkeliling kampung serta menuju jembatan kaca yang melintas di atas sungai Brantas yang menghubungkan kampung Tridi dengan Kampung Warna Warni Jodipan.
Ada banyak keseruan Festival Buk Gludug, Jumat (12/11/2021) ini. Mulai sajian musik, kuliner dan makanan tradisional, kerajinan gantungan kunci, anyaman kaligrafi, seni mural, sport selfi, lokasi main fiim Yo Wis Ben, hingga kesenian Jaran Kepang.
Adnan juga menjelaskan asal nama jembatan tersebut.
“Dari jembatan kaca ini kita bisa melihat jelas Buk Gludug, dimana Buk nya ada di kanan kiri dan di sebut buk Gludug karena jembatannya sering berbunyi Gludug-Gludug,” ungkap Adnan yang juga Ketua RW 12 Kelurahan Kesatrian Kecamatan Blimbing Kota Malang ini.
Salah seorang finalis, Mbakyu Sherly mengaku senang dan bangga bisa berkunjung dan mengikuti event di Kampung Tridi. “Kampungnya keren, banyak lukisan di tembok bagus-bagus bisa di buat selfi yang saat ini diminati pengunjung,” ujarnya.
Mahasiwa Akuntansi STIE Malang Kucecwara ini juga merasa senang saat diajak ikut bermain Jaranan. Sementara Kakang Tegar yang berasal dari Malang merasa heran, ketika masuk ke dalam Kampung Tridi.
“Geliat warga kampung ini sangat nampak seperti kampung seniman, warganya banyak berkarya dan suasananya menyenangkan,” tukasnya.
Mahasiwa dari UIN Malang ini menilai kampung ini sangat kreatif, kerajinan dan kulinernya sangat mendukung dan industri pariwisatanya sudah berjalan.
Ketua Forkom Pokdarwis Kota Malang Ki Demang menerangkan, Buk Gludug yang mulai dibangun pada tahun 1941 ini merupakan bangunan kolonial yang sudah di tetapkan oleh TACB sebagai Struktur Cagar Budaya melalui SK Walikota Malang 185.45/359/35.73.112/2018 Tanggal 12 Desember 2018.
“Jembatan ini sangat penting karena sebagai salah satu akses jalan dari Blitar menuju Surabaya sejak di masa pra Kemerdekaan hingga sekarang,” ungkap pemilik nama asli Isa Wahyudi ini.
Ki Demang yang sekaligus menjadi Ketua TACB kota Malang ini menambahkan keunikan dan sejarah jembatan inilah yang menjadi inspirasi nama festival di Kampung Tridi ini. (ned/lis)