Gandeng BRIN, Di2B UB Gelar Upaya Hilirisasi Hasil Riset dengan Dunia Industri

PT Fin Komodo Teknologi menghadirkan kendaraan utilitas off-road multiguna Fin Komodo yang dipamerkan di area hotel dalam Innovation Gathering bertema ‘Bridging the Gap Strengthening the Link Between Industry and University’, di Hotel Atria Malang, Kamis (25/5/2023). (Nedi Putra AW)

BACAMALANG.COM – Banyaknya hasil riset perguruan tinggi tidak diimbangi dengan aplikasinya ke masyarakat luas maupun dunia industri. Kemacetan terhilirisasi ke dunia industri ini direspon Direktorat Inovasi dan Inkubator Bisnis (Di2B) Universitas Brawijaya dengan BRIN, melalui Innovation Gathering bertema ‘Bridging the Gap Strengthening the Link Between Industry and University’, di Hotel Atria Malang, Kamis (25/5/2023).

Direktur Di2B UB, M Iqbal SSos MIB DBA menjelaskan, sesuai tema, innovation gathering kali ini bertujuan untuk menjembatani antara perguruan tinggi dunia industri.

“Lewat acara ini, kami ingin mengumpulkan potensi terbaik dengan pendekatan agar mendapatkan sebanyak mungkin inovasi, yang kemudian dikoneksikan dengan industri agar bisa diimplementasikan pada masyarakat,” tuturnya.

Ditegaskan Iqbal, dari kegiatan ini diharapkan hasil paten maupun hasil riset berupa hak cipta dan lain sebagainya akan terhilirisasi ke masyarakat, yang kemudian dapat dikomersialkan dan pada akhirnya bernilai ekonomi dan bernilai kemanfaatan sosial yang besar bagi masyarakat.

Sementara Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi UB, Prof.Dr. Unti Ludigdo, SE.,MSi.,Ak. menyampaikan, bahwa saat ini sudah ada sekitar 700 paten oleh dosen dan mahasiswa UB.

“Meski demikian, inovasi yang tidak dipatenkan hasil Pimnas maupun Akademi Wirausaha Muda Mandiri juga sangat banyak,” imbuhnya.

Dari kiri – Direktur Di2B UB, M Iqbal SSos MIB DBA. Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi UB, Prof.Dr. Unti Ludigdo, SE.,MSi.,Ak. dan Plt. Deputi Pemanfaatan Riset dan Inovasi BRIN, Dr. R. Hendrian, MSc. saat mengelar jumpa pers di lokasi acara gathering. (Nedi Putra AW)

Prof. Unti mengungkapkan, paten dengan proses riset dan biaya tinggi yang dihasilkan itu dirasakan belum memberi kebermanfaatan pada masyarakat, karena belum terhilirisasi ke dunia industri.

Ia menjelaskan bahwa sementara ini UB masih belum mampu memproduksi inovasi dalam skala yang besar.

“Jadi melalui kegiatan bersama para stakeholder inilah sebagai upaya mendapatkan jalan menghilirisasi inovasi ini,” tukasnya.

Dikatakan mantan Dekan FISIP UB ini, bagaimana membangun kemitraan, membuat area industri dengan status UB sudah menjadi PTNBH, tidak boleh lagi  ada asumsi dana pengembangan pendidikan bersumber dari UKT saja, namun harus ada sumber mandiri yang dikreasikan.

Apa yang dilakukan UB ini mendapatkan dukungan dari Plt. Deputi Pemanfaatan Riset dan Inovasi BRIN, Dr. R. Hendrian, MSc., yang menyambut baik dan siap membantu UB untuk menghubungkan antara dunia industri dan dunia akademisi atau dunia riset.

“Tugas saya untuk menghilirisasi paten yang dikeluarkan oleh periset supaya tidak berhenti setelah mendapatkan paten, karena jika tidak dihilirasisi, maka riset ini tidak akan berdampak signifikan untuk membangun perekonomian berbasis scientific,” ungkapnya.

Hendrian mengaku bahwa proses hilirisasi memang tidak mudah. Menurutnya ada satu area yang disebut lembah kematian (death valley), yakni tidak semua paten atau seluruh produk inovasi dapat secara mudah bisa masuk pasar.

“Harapannya, semoga ke depan bukan hanya linking industry, tetapi juga semua pelakunya dihubungkan secara pentahelix agar hasil yang diproduksi periset bisa betul-betul masuk ke pasar. Saya juga berharap BRIN dan UB dan kita semua terus bergandengan tangan untuk sama-sama bisa menjadikan inovasi betul-betul memiliki kebermanfaatan bagi masyarakat,” pungkasnya.

Dalam gathering ini, UB menghadirkan dua perwakilan industri di bidang hiburan dan wisata serta industri otomotif, salah satunya adalah PT Fin Komodo Teknologi dengan kendaraan utilitas off-road multiguna Fin Komodo.

Pewarta : Nedi Putra AW
Editor/Publisher : Aan Imam Marzuki