BACAMALANG.COM – Komunikasi media tradisional saat ini kalah dengan komunikasi media modern. Namun untuk membentuk kultur dan kebudiutamaan, komunikasi media tradisional lebih unggul, ketimbang komunikasi dengan media modern yang cenderung tidak mengenal lingkungan.
Melalui komunikasi media tradisional inilah, Prof Dr Muslimin Machmud dikukuhkan sebagai guru besar ke-24 di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Rabu (9/03/2022). Selain itu juga merupakan guru besar pertama bidang komunikasi media tradisional di Indonesia.
Rektor UMM Dr Fauzan MPd menyampaikan, pengukuhan guru besar bidang komunikasi media tradisional ini adalah pagelaran yang prestisius.
“Budaya komunikasi masyarakat dahulu dengan menggunakan lisan, sudah tidak pernah dijumpai, orang tua sekarang sudah milenial, cerita dongen orang tua dahulu sudah hilang,” terang Fauzan.
Sedang komunikasi di zaman sekarang, lanjut dia, memang cenderung langsung dan instan. Dengan komunikasi tradisional pula, mampu membetuk karakter dan kultur masyarakat tentang berbudi luhur.
“Substansi komunikasi media tradisional, mampu membentuk karakter dan budi pekerti, apa yang di sampaikan Prof. Muslimin, menggugah kita untuk berkomunikasi lisan,” jelasnya.
Ia berharap, dikukuhkannya profesor baru di bidang komunikasi ini mampu menambah dan memperkuat energi UMM dalam meningkatkan daya saing Internasional. Bahkan, Kampus Putih juga berhasil menduduki ranking enam kampus swasta terbaik se-ASEAN.
Sementara, Prof.Dr.Muslimin Machmud mengatakan, gempuran media modern menjadi latar belakangnya melakukan pemberdayaan media warisan ini. “Selain manfaat dan kemudahan, media modern juga memunculkan akibat buruk bagi masyarakat. Maka, peranan teknik komunikasi warisan dirasa masih diperlukan untuk menjaga keseimbangan sosial,” tandasnya.
Masih menurut Muslimin, ada beberapa fungsi dari media warisan yang bisa diperoleh. Mulai dari fungsi hiburan seperti materi lawakan dan gerak laku pemain, fungsi pendidikan dan dakwah, promosi serta penyebarluasan informasi. Begitupun dengan fungsinya dalam upaya sosialisasi dan propaganda politik, kontrol sosial hingga pelestarian nilai budaya.
“Berdasarkan kajian yang saya teliti ini, media warisan terfokus pada tiga hal utama yakni hubungan antara manusia dengan manusia. Hubungan manusia dengan alam serta hubungannya dengan Tuhan Sang Pencipta. Ketiganya juga memiliki pola masing-masing yang berbeda satu dengan yang lainnya,” tuturnya.
Oleh sebab itu, media warisan yang merupakan produk budaya masyarakat perlu diberdayakan. Mengingat media tersebut telah menjadi bagian dari kearifan masyarakat sekaligus menjadi karya budaya dan aset suatu bangsa. (miho)