Heboh Satu Bocah NTT Meninggal dan Dua Warga Blitar Suspek Rabies, Ketahui Gejala dan Penanganannya

Sekretaris Dinkes Kota Malang, dr Umar Usman MM. (ist)

BACAMALANG.COM – Seorang bocah asal Desa Hikong, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) AN (6), meninggal dunia saat menjalani perawatan di RSUD Hillers Maumere karena terjangkit Rabies, Jumat (14/7/2023).

Selain itu, 2 warga Blitar juga terinfeksi yakni satu orang dewasa Warga Kecamatan Wonotirto dan satu anak-anak asal Kecamatan Srengat, namun setelah disuntik Vaksin Anti Rabies (VAR) di RS akhirnya sembuh, beberapa waktu lalu.

Agar tidak terjadi di Malang, Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Malang, dr Umar Usman MM, mengimbau kewaspadaan dengan mengetahui gejala dan penanggulangannya.

“Masyarakat wajib mengetahui gejala dan penanganan selanjutnya agar tidak membahayakan pasien,” tegas dr Umar Usman MM kepada BacaMalang.com, Sabtu (15/7/2023).

Dikatakannya, penyakit ini ditularkan melalui virus yang berada di tubuh hewan yang sebelumnya sudah terkena rabies, seperti anjing, kera, dan kucing, melalui gigitan terbuka atau kontak air liur.

Persentasenya sekitar 98% dari gigitan anjing, dan hanya 2% yang berasal dari kera atau kucing.

Pria alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga ini menuturkan, virus menyerang susunan saraf pusat manusia, dengan gejala awal demam, nyeri di sekitar area gigitan, sakit kepala, sakit tenggorokan, cemas, hingga mati rasa berlangsung selama 2-10 hari

Sedangkan gejala berat, mengalami halusinasi, mudah cemas, serta ciri yang khas adalah sering mengeluarkan air liur berlebihan (hipersaliva).

Jika tak ditangani dengan baik, virus akan berkembang menjadi berat yakni fase paralisis, dimana tubuh tidak bisa bergerak layaknya stroke.

“Tidak hanya setengah lumpuh, melainkan keseluruhan badan hingga menyebabkan kematian,” jelas pria yang juga Wakil Ketua PC NU Kabupaten Malang ini.

Untuk penanganan, langkah awal setelah terkena gigitan adalah mencuci area gigitan dengan air mengalir dan sabun selama 10 hingga 15 menit serta menilai luka untuk memastikan tingkat keparahan dan menentukan pertolongan pertama.

Jika kulit tidak rusak atau terkelupas, maka bisa langsung mencuci area kulit yang digigit dengan air hangat dan sabun, namun, apabila setelah digigit anjing, kulit mengalami kerusakan, segeralah cuci area itu dengan sabun dan air hangat.

Jangan lupa untuk menekan lukanya dengan lembut untuk mengeluarkan darahnya dan menutup lukanya, sebab, mengeluarkan darah yang ditekan dari luka gigitan anjing membantu mengeluarkan kuman di dalamnya.

Kalau gigitan anjing sudah menyebabkan pendarahan sejak awal, maka segera oleskan kain bersih ke lukanya, serta tekan lukanya secara perlahan untuk menghentikan pendarahan dan tutup lukanya dengan perban steril.

Setelah melakukan pertolongan pertama, jangan lupa untuk terus memperhatikan kondisi luka dan jika tidak ada perubahan malah parah, segeralah hubungi dokter untuk mendapat penanganan.

Sebab, tanpa penanganan yang tepat, luka akibat gigitan anjing bisa menyebabkan komplikasi pada fatal tubuh.

Setelah itu, segera menuju ke rumah sakit terdekat untuk diberikan vaksin anti rabies dan apabila luka gigitan sangat serius mendekati kepala, akan ditambahkan Serum Anti Rabies (SAR).

Pria berjuluk Dokter Rakyat ini menjelaskan, karena dampak yang ditimbulkan cukup serius, disarankan menghindari gigitannya, karena di Indonesia, terdapat 26 provinsi merupakan wilayah endemis rabies dan hanya terdapat 7 provinsi dinyatakan bebas rabies.

Ciri-ciri hewan yang terjangkit rabies dapat dilihat lewat tingkah lakunya yang aneh, seperti mengeluarkan air liur berlebihan dan menggigit sembarangan.

Pada bagian lain antisipasi sinergis juga telah dilakukan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Malang dengan mengajukan ratusan vaksin rabies yang akan disuntikkan kepada hewan-hewan penular rabies.

Pewarta : Hadi Triswanto
Editor/Publisher : Aan Imam Marzuki