Kata Penonton Malang Tentang Film “Srimulat: Hidup Memang Komedi”

Pendukung dan penonton Gala Premiere Film Srimulat : Hidup Memang Komedi, di Cinema XXI Transmart MX Mall, Minggu (19/11/2023). (Nedi Putra AW)

BACAMALANG.COM – Malang menjadi kota kedua ajang Gala Premiere Film Srimulat: Hidup Memang Komedi, yang dihelat di Cinema XXI Transmart MX Mall, Minggu (19/11/2023).

Film besutan Fajar Nugros ini akan tayang pada 23 November 2023 di seluruh jaringan bioskop di Indonesia.

Penonton akan segera menyaksikan perjalanan grup lawak asal Jawa Tengah ini, yang merantau ke ibu kota Jakarta untuk menemukan kesuksesan dan popularitasnya.

Berbicara tentang film Srimulat, mau tidak mau akan terkait pula dengan segmen penontonnya. Bagi penonton dari generasi muda, mereka akan menyaksikan artis-artis idolanya memerankan tokoh yang tidak mereka kenal, sementara bagi kalangan yang ingin bernostalgia dengan lawakan para manusia jenaka ini, mereka juga melihat tokoh-tokoh legendaris ini diperankan anak-anak muda yang sebagian mungkin juga tidak mereka kenali.

Seperti diungkapkan Elsa, salah satu penonton Gala Premiere yang melihat akting Elang El Gibran sebagai Basuki.

“Dia keren banget, soalnya menjadi pelawak yang harus lucu di depan orang tentu susah, sama juga seperti Juan Bio One yang total banget untuk jadi Gepeng,” ujar mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang ini usai nobar, Minggu (19/11/2023).

Dikatakan Elsa, untuk menonton film ini, sebelumnya ia sempat melakukan semacam riset kecil-kecilan di kanal YouTube, tentang apa dan siapa itu Srimulat. Lewat film ini, Elsa merasa jokes-jokes yang disampaikan ternyata masih pas buat generasinya.

“Kalau setelah ini ada Srimulat babak tiga, empat dan selanjutnya, pasti akan saya tonton,” tegas cewek berhijab ini.

Sementara itu, Herman Aga, kreator digital yang juga ikut nobar menuturkan bahwa Film Srimulat: Hidup Memang Komedi ini memang lucu.

Sobat lama Teuku Rifnu Wikana yang bermain sebagai Asmuni yang legendaris ini menilai film ini berhasil membuat hil yang mustahal, salah satu quote terkenal Asmuni, di mana rasa haru berpadu dengan banyolan yang membuat terpingkal-pingkal.

“Film ini sebuah hiburan getir sekaligus menyegarkan, ada kesan mendalam tentang cerita tragedi kehidupan yang diparodikan menjadi sebuah komedi yang kelam,” ungkapnya.

Penyair dan pegiat lingkungan dari Kota Batu ini mengatakan, film Srimulat ini menghadirkan ensamble gojekan ‘kere’ di masa lalu yang mengejawantah dalam ironi di masa kini.

Secara komersial jadinya cukup potensial asal dipromosikan lewat teknik marketing yang masif. Meski demikian ia menilai film ini tampaknya berpeluang untuk masuk nominasi dalam Festival Film Indonesia tahun depan.

“Terima kasih Srimulat yang cukup menghibur dan menawarkan sesuatu yang lain di tengah maraknya teror film horor dan tontonan paradoks politik yang menjungkirbalikan etika dan logika akal sehat,” tandasnya.

Film ini dibintangi oleh Juan Bio One (Gepeng), Indah Permatasari (Royani), Elang El Gibran (Basuki), Erika Carlina (Djudjuk), Dimas Anggara (Timbul), Morgan Oey (Paul), Zulfa Maharani (Nunung), Ibnu Jamil (Tarsan), Erick Estrada (Tessy), Ana (Naimma Aljufri), Teuku Rifnu Wikana (Asmuni), Rukman Rosadi (Teguh), Rano Karno (Babe Makmur), Omara Esteghlal (Kadir), Ray Shidiq, Fajar Nugra, Aldo Gudel, serta David Nurbianto. Dari deretan cast yang ada tersebut, nostalgia penonton akan Srimulat masih terobati dengan penampilan spesial Tessy, Nunung, serta Kadir.

Uniknya, guyonan-guyonan khas ala Srimulat, atau yang kerap disebut orang sekarang sebagai ‘guyon Srimulatan’ itu justru ditampilkan dalam kehidupan sehari-hari dalam alur kisah film ini, seperti huruf dalam surat yang jatuh lalu dicari beramai-ramai, adegan duduk yang menggelayut jatuh karena kursi yang licin, maupun dialog-dialog lucu lainnya, di samping aneka gestur yang menjadi trademark masing-masing personelnya.

Apalagi Srimulat adalah kelompok lawak yang mengandalkan benturan-benturan masing-masing personelnya, sehingga kelucuan justru muncul dari feed back antar personelnya.

Cukup luar biasa Fajar Nugros menggarap film dengan setting tahun 80-an ini. Masih ada beberapa adegan yang mengajak penonton bernostalgia, seperti menimba air sumur untuk mengisi air bak mandi, hingga busana yang sedang in pada masa itu.

Sutradara yang sebelumnya menggarap film Yo Wis Ben ini juga menghadirkan beberapa adegan ekstrem yang sebenarnya menggambarkan kegetiran hidup para manusia jenaka ini dalam menaklukkan keras dan kejamnya dunia hiburan di ibu kota.

Pewarta : Nedi Putra AW

Editor/Publisher : Aan Imam Marzuki