Kolaborasi Perkumpulan Postcrossing Malang dan MPC, Hadirkan Kartu Pos Tematik Kota Malang

Pengunjung membawa sebagian Kartu Pos tematik karya anggota MPC, hasil kolaborasi dengan Perkumpulan Postcrossing Malang dalam pameran di Festival Mbois 8 di gedung Malang Creative Center (MCC), Sabtu (23/9/2023). (Nedi Putra AW)

BACAMALANG.COM – Dalam upaya berkomunikasi jarak jauh, menulis dan mengirim surat menjadi pilihan utama sebelum teknologi berkembang pesat hingga memasuki era digital seperti sekarang ini. Selain surat, saat itu orang mengenal apa yang disebut dengan kartu pos, selembar kertas tebal atau karton tipis berbentuk persegi panjang yang dikirimkan tanpa amplop dengan harga perangko yang lebih murah daripada surat tertutup.

Uniknya, ketika surat pribadi sudah tidak lagi diminati karena sudah digantikan fitur teks pada smartphone, media sosial maupun email, kartu pos justru masih bisa bertahan dan memiliki penggemar tersendiri.

“Memang surat menyurat secara pribadi secara otomatis penggunaannya menurun sejak munculnya media sosial seperti Instagram maupun Facebook yang gambarnya bisa instan terpublikasi, tapi penggemar kartu pos dan perangko tetap masih ada,” ungkap Jessie Palupi dari Perkumpulan Postcrossing Malang saat ditemui di sela pameran Kartu Pos bersama Malang Photo Club (MPC) dalam Festival Mbois 8 di gedung Malang Creative Center (MCC), Sabtu (23/9/2023).

Jesie menambahkan, kartu pos yang sudah berusia lebih 150 tahun lebih sejak diterbitkan pertama kali pada tahun 1869 ini termasuk dalam Deltiology, yang merupakan bagian dari Filateli yang merujuk pada studi tentang perangko dan sejarah pos.

Kartu pos biasanya dikirimkan orang saat berkunjung ke suatu kota atau daerah di luar negeri sebagai semacam kenang-kenangan yang menandai bahwa mereka telah berkunjung ke tempat tersebut.

Dikatakan Jessie Palupi, pada kartu pos selain kolom untuk menulis nama pengirim dan penerima di satu sisi, biasanya sisi lainnya berupa gambar atau foto yang menjadi ciri khas daerah itu.

Suasana pameran di Festival Mbois 8 di gedung Malang Creative Center (MCC), Sabtu (23/9/2023). (Nedi Putra AW)

“Bahkan setiap orang bisa membuat kartu posnya sendiri, dengan syarat ukurannya standar sesuai ketentuan kantor pos dan dikirimkan dengan nilai perangko yang sesuai. Tapi kalau buat koleksi saja, ukurannya bebas, seperti di luar negeri ada yang terbuat dari kain atau kayu,” tukasnya.

Seperti yang dalam pameran kali ini, yang menampilkan sejumlah kartu pos dengan foto-foto hasil karya anggota Malang Photo Club (MPC), yang dikatakan Jessie sebagai suatu kolaborasi menarik antara perkumpulannya dengan MPC.

Berbagai landmark maupun ciri khas Kota Malang yang disajikan dalam kartu pos tersebut antara lain Alun-Alun Kota, Kampung Warna Warna-Warni, Kawasan Gereja Kayutangan hingga Seni Topeng Malangan.

Salah satu anggota MPC, Purwanto Nugroho mengatakan, pihaknya sangat mengapresiasi kolaborasi dalam pameran kali ini.

“Kebetulan kami punya banyak stok foto tentang Malang, yang didukung minat dan latar belakang beragam dari para anggota, sehingga foto yang dihasilkan untuk kartu pos ini bisa beragam temanya,” ujarnya.

Puwanto menambahkan, kartu pos ini menjadi lebih menarik karena dalam pameran ini bisa dijual kepada pengunjung, sehingga memberi nilai tambah.

“Selain bisa menjadi koleksi pribadi atau buat dikirimkan kepada orang lain,” tandas fotografer spesialis underwater ini.

Pameran ini cukup menarik minat masyarakat yang hadir di gedung MCC yang baru saja diresmikan penggunaannya oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.

Bahkan seorang ibu, sebut saja Ibu Ning, rela datang dari Pakis bersama dua putrinya karena penasaran dengan kartu pos maupun benda-benda filateli yang dipamerkan.

“Dulu pada zaman saya, surat atau kartu pos adalah primadona, di mana kehadiran pak Pos selalu ditunggu-tunggu,” ungkapnya.

Bu Ning sengaja mengajak anaknya agar mengetahui bahwa kartu pos masih eksis sebagai salah satu alat komunikasi maupun sebagai koleksi. Bahkan ia memborong sejumlah kartu pos yang dipamerkan.

“Saya suka dengan kartu pos yang menampilkan Kota Malang yang berwarna-warni,” pungkas wanita berhijab ini.

Pewarta : Nedi Putra AW

Editor/Publisher : Rahmat Mashudi Prayoga