Marak Rental Pacar, Akademisi UB Sebut Sebagai Fenomena Dalam Kekacauan Berpikir

BACAMALANG.COM – Viral fenomena jasa sewa pacar online yang banyak dibicarakan anak muda di kota-kota besar Indonesia (Jakarta, Yogyakarta, Malang, Bandung dan Surabaya), menarik perhatian orang untuk mengamati.

Marak sewa pacar online tak lepas dari fenomena teman tapi mesra atau friends with benefit (FWB), dan ini banyak diposting di sejumlah platform media sosial (Twitter), sejumlah akun menawarkan jasa sewa online dengan tarif beragam.

Sejumlah penyedia jasa sewa pacar cukup popular di kalangan anak muda, seperti Rental Girlfriend Kawaii, Rental Girlfriend uwu, kanore_id, pacar kontrak, sampai Somebuddy.

Adanya fenomena ini memantik respon salah satunya dari Akademi Universitas Brawijaya (UB) yang juga Budayawan Dr Riyanto M.Hum.

“Dalam tembang Jawa ada Pupuh, “jaman edan”. Satu kondisi kerancuan berfikir. Ikut edan tidak tahan, kalau tidak, takut kelaparan. Kali ini berhubungan uang dan rekreasi sexual,” tegas Riyanto kepada BacaMalang.com, Sabtu (5/11/2022).

Dikatakannya, pada masyarakat vegetasi, seksual adalah sakral. Butuh sekian ritual untuk mengesahkannya.

“Lihat prosesi pengantin Nusantara yang sangat rumit itu. Vegetasi mengalir pada masyarakat produksi dan konsumsi, berkelimpahan materi. Seksual yang sakral berubah menjadi rekreasi. Pilih hitam, putih, tua, muda, atau bersuami,” tuturnya.

Ia menyebutkan orang berperilaku, karena perilaku itu bermakna buat dirinya. “Bagaimana perilaku rental pacar ? Orang berperilaku, karena perilaku itu bermakna buat dirinya. Makna itu dibangun dan berubah tergantung dengan siapa berinteraksi,” paparnya.

Ia mengungkapkan perbedaan persepsi dan anggapan tentang anjing. “Dokter hewan berbeda dengan kyai sepuh berkaitan dengan Anjing. Yang satu menilai Anjing itu setia, cerdik, gampang dilatih, lainnya mengatakan, “najis, buduk, haram, menjurus perintah membunuh,” urainya.

Ditegaskannya manusia harus membangun makna karena dunia semakin “mengkerut” ibarat dalam genggaman hp.

“Dunia makin mengkerut. Hubungan manusia dalam genggaman HP. Disinilah manusia membangun makna. Ranah sakral terdegradasi dengan pola konsumsi. Seksual hanya diambil erotikanya dalam wisata rohani,” pungkasnya. (had)