
BACAMALANG.COM – Dalam rangka memperingati HUT Kota Batu ke-22 seraya uri-uri budaya leluhur yang adiluhung, seniman Kota Batu membuat Pusaka Nusantara Bima Parwa sepanjang 22 meter.
“Kami ingin membakar semangat generasi muda yang nanti akan mewujudkan Nusantara Mercusuar Dunia, lewat uri-uri budaya leluhur yang adiluhung,” tandas Koordinator Lapangan Barisan Menyo-menyo Galih Asem, Ali Zulfan Yustighfar Firmansyah, kepada BacaMalang.com, Senin (30/10/2023).
Untuk diketahui Dinas Pariwisata Kota Batu mengadakan Lomba Batu Art Flower Festival.
Berpartisipasi dalam lomba, seniman Kota Batu, membuat Pusaka Nusantara, Bima Parwa sepanjang 22 meter.
Zulfan menegaskan pihaknya ingin menyuguhkan persembahan khas masyarakat Kota Batu melalui semangat totalitas berkarya dari formasi akar rumput/masyarakat
Pembuatan pusaka dilakukan di Payan, Desa Punten dan Jalan Samadi Pesanggrahan Kota Batu.

Beberapa kegiatan yang dijalankan meliputi pembuatan kereta hias dengan objek utama Keris Bima Parwa sepanjang 22 meter, dimulai sejak H-35 hari hingga dilaksanakan pertunjukan pada hari Minggu, 29 Oktober 2023.
Menariknya pusaka tersebut diarak oleh Pasukan Menyo-menyo Galih Asem, menuju titik akhir di Jalan Panglima Sudirman (Block Office – Perempatan BCA).
Berbagi pihak yang ikut kolaborasi antara lain Wisnu Agung Jaya Gumelar Karya Muda, Sangga Braja, Seloaji, Bodo Rupa Warna, Begidak Jaya, dan Prawangsa.
“Harapannya Kita dapat mengembalikan semangat tradisi membangun Kota Batu yang lebih besar, keris ini semoga menjadi hadiah spesial bagi siapapun yang hadir dan menyaksikan acara tersebut,” urainya.
Untuk diketahui, berikut sekilas pemahaman tentang filosofi dan budaya, Menyo – menyo, Galih Asem.
Menyo – menyo, Galih Asem, adalah salah satu urutan nama penyebutan dalam garis keturunan masyarakat Jawa, “menyo-menyo” istilah untuk urutan ke-17 dan “galih asem” untuk urutan ke-10 dalam garis keturunan masyarakat Jawa.
Hal ini bertepatan dengan urutan tanggal dan bulan hari lahir Kota Batu yaitu, tanggal 17 bulan Oktober atau bulan ke-10 yang sekarang ini diperingati untuk ke-22 tahun sejak kelahirannya sebagai sebuah kota.
Barisan “Menyo-menyo, galih asem” menampilkan pusaka keris “Bima Parwa” yang mempunya panjang total 22 meter sebagai simbol peringatan Kota Batu yang sudah berusia 22 tahun sekarang ini.
Dalam Pusaka Keris “Bima Parwa” mempunyai “Luk” 17. Luk 17 merupakan simbol dari tanggal lahirnya Kota Batu, selain itu luk 17 melambangkan lika-liku kehidupan Kota Batu selama 22 tahun usia kelahirannya.
Kerangka pusaka keris terbuat dari Pohon Bambu, dalam Bahasa Jawa Bambu disebut “deling” yang mempunya arti “kendel/berani dan eling/ingat, berani dan ingat kepada Tuhan Yang Maha Esa beserta alam dan seluruh isinya.
Dasar Merah Putih adalah Bendera Indonesia sebagai salah satu pusaka Indonesia.
Dalam Pusaka Keris “Bima Parwa” terdapat 3 dapur :
“Dapur Bimo Rangsang” yang memuat keteladanan bahwa seseorang itu harus mempunya sifat kesatria, berani, jujur, bertanggungjawab serta siap bela Negara. Dengan semboyan “Wani Ing bener, Wedhi Ing Luput”
“Dapur Ngamper Buntolo” (Ngampar Buto) yang bermakna menarik Gendewo (busur panah) bersiap membidik, berani dan fokus dalam pemikiran.
“Dapur Carito” Kalenthang Cerita mengenai tanaman atau tumbuhan yang membawa manfaat, membumi dan manusia harus bisa melindungi alam.
“ Merah Putih”, “Kota Batu”, “Keberagaman Budaya” adalah 3 pusaka yang menjadi kekuatan Kota Batu dalam menata masa depan dengan berbekal, udara yang dingin, air dan keindahan panorama alamnya.
Doa dan harapan yang harus dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui peringatan Hari Jadi Kota Batu ke-22.
“Semoga di Kota Batu muncul pemimpin yang jujur dan menjaga keseimbangan alam,” pungkas Zulfan.
Pewarta : Hadi Triswanto
Editor/Publisher : Aan Imam Marzuki