Pakar Komunikasi UB: Operator Swasta Tidak Perlu Panik Bersaing dengan DAMRI!

BACAMALANG.COM – Kehadiran transportasi umum DAMRI yang akan melayani rute dari Stasiun Kereta Api Kota Malang dan Bandara Abdul Rachman Saleh ke tujuan wisata Bromo telah membuat keresahan bagi sebagian besar operator swasta di bidang transportasi pariwisata di Kota Malang.

Bagi sebagian operator swasta yang beroperasi di wilayah Malang merasa terancam dengan keberadaan DAMRI karena harga tiket yang murah yaitu sebesar Rp.50.000, -.

Para operator swasta takut tidak ada yang menggunakan jasa mereka tapi memilih DAMRI sebagai mode transportasi wisatawan ke Bromo via Kota Malang.

Menurut Zuryani, Kepala Cabang DAMRI Kota Malang, DAMRI akan beroperasi 3 kali sehari dari keberangkatan stasiun kereta Api ke Bromo langsung menuju Tosari melewati Singosari, Lawang, dan beberapa area wisata yang lewat di sepanjang jalur tersebut dengan menggunakan armada berpenumpang max 15 orang.

Zuryani juga menjelaskan bahwa keberadaan DAMRI merupakan sebuah tugas untuk mendukung kegiatan pemerintah di bidang pariwisata agar semua lapisan masyarakat dapat berkunjung ke Bromo dengan harga yang terjangkau.

Sementara itu, Pakar Komunikasi dan Manajemen Krisis Universitas Brawiajaya (UB), Maulina Pia Wulandari, Ph.D, mengatakan, jika operator transportasi swasta tidak perlu panik bersaing dengan DAMRI.

“Operator transportasi swasta tidak perlu panik bersaing dengan DAMRI! DAMRI adalah operator transportasi publik milik negara yang memang ditugaskan untuk melayani kebutuhan publik dalam bidang transportasi terutama menghubungkan layanan transportasi hingga wilayah-wilayah terpencil. Apalagi DAMRI memang ditugaskan oleh pemerintah untuk mendukung transportasi di 10 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN),” ujar perempuan alumnus FISIP Universitas Airlangga Surabaya ini.

Pia menjelaskan bahwa operator transportasi swasta harus mempelajari karakteristik dasar bisnis pada transportasi publik agar bisa melihat kelemahan-kelemahan yang ada pada DAMRI dan kemudian dijadikan peluang dan kekuatan bagi para operator swasta.

Pia mengatakan, agar menjadikan kelemahan transportasi publik menjadi kekuatan Sektor Transportasi Swasta. Fleksibilitas waktu kepergian, keleluasaan memilih jalur dan jumlah waktu, dan hal-hal lainnya yang bisa menambah nilai kenyamanan penumpang yang menggunakan jasa operator swasta yang tidak dimiliki oleh DAMRI.

Tentu saja hal ini akan mengakibatkan terjadinya perbedaan selektifitas target konsumen operator swasta dengan DAMRI.

“Target konsumen DAMRI dengan operator swasta itu jelas berbeda. Dan perbedaan inilah yang menentukan perbedaan harga jual antara DAMRI dan operator swasta,” jelas dosen Ilmu Komunikasi FISIP UB ini.

Pia menjelaskan, untuk dapat bersaing dengan DAMRI, operator swasta harus lebih inovatif dan kreatif dalam memberikan layanan kepada wisatawan, lebih intensif berkomunikasi dengan target konsumen tentang kejanggalan dan manfaat lebih menggunakan jasa transportasi Swasta melalui berbagai macam saluran komunikasi, dan harus lebih unggul dalam menerapkan Excellent Service (Layanan Prima) kepada target konsumen mulai dari pemesanan hingga sampai di tempat tujuan.

Pia menegaskan jika persaingan itu wajar dalam dunia bisnis, tapi bersaing tanpa strategi yang tepat apalagi dengan perusahaan negara akan membuat bisnis semakin terpuruk.

Pia memaparkan sejumlah strategi yang bisa diterapkan operator transportasi swasta untuk dapat bersaing dengan DAMRI.

Pertama menentukan siapa target market atau konsumen yang
menggunakan jasa operator swasta.

Kedua, mempelajari perilaku target konsumen termasuk pula mempelajari apa kebutuhannya, demografis, hingga gaya hidupnya.

Ketiga, menentukan karakter bisnis para operator swasta sesuai target konsumen yang telah dipilih.

Keempat, mengkomunikasikan jenis layanan yang ditawarkan, keunggulan dan manfaat dari pelayanan operator swasta secara terencana dan berkelanjutan termasuk pula bagaimana penerapan 3K (Kebersihan, Kesehatan, dan Keselamatan) ini dilakukan oleh para operator transportasi swasta.

Dan yang terakhir adalah menerapkan prinsip Layanan Prima di dalam Standard Operational Procedur (SOP) operator swasta.

Pia menghimbau dan menyarankan agar DAMRI membuka dialog dengan para operator yang beroperasi di wilayah bisnis yang sama.

Tujuannya adalah untuk menjelaskan secara terbuka bagaimana DAMRI akan beroperasi dan mengambil pasar transportasi di wilayah pariwisata seperti di Kota Malang.

“DAMRI harus membuka ruang dialog/komunikasi dua arah dengan para operator swasta sebelum mereka beroperasi. Hal ini perlu agar tidak terjadi kesalahpahaman dan mengurangi resistensi pada keberadaan DAMRI,” pungkas Pia. (Hum/Had)