
Oleh : Muhamad Anwar*
Asah Asih Asuh, implementasi Tri Tangtu, falsafah tlatah Sunda. Selain urusan pemaknaan deksriptif, yang terpenting bagaimana jadi tahapan-tahapan dengan capaian-capaian terukur, strategis, sistematis, dan berkelanjutan.
Pada tengah proses forum menghimpun harapan, muncullah kalimat “Dari Masalah Jadi Anugerah”, bahwa SDM menjadi kunci utama, tahapan program dan langkah-langkah strategis sebagai panduan.
Begitu cerita kilas balik membersamai warga Desa Mekarmukti, Cililin, Kabupaten Bandung Barat 3 hari kemarin, misi Jelajah Kampung Bandung Raya.
Simpul pengumpul benih kebaikan yang semula memaknai Enceng Gondok Waduk Saguling sebagai krisis, dan keterbatasan jadi keluhan.
Sehingga lupa apa itu faktor sukses sebagai sumber daya solusi. Mentransformasi nilai-nilai Tri Tangtu semakin terinternalisasi kepada setiap pihak yang hadir, penuh, dan utuh jiwa raganya.
Setelah penggalian mendalam dan pencarian potensi masing-masing pihak secara bareng-bareng, justru tantangan utama ada pada pemahaman bagaimana Kelompok masyarakat ideal kudunya terorganisir dulu, ada tata kelola, memahami proses dan program kerja.
Keterbatasan alat bantu bukan jadi persoalan proses perjumpaan. Menstrukturkan harapan masing-masing individu ke bagan motivasi, inovasi, investasi untuk mencapai kepentingan kolektif dapat dilewati dengan cara-cara sederhana mengoptimasi energi forum. Keluarannya ada 5W1H yang otentik, relevan, dan implementatif.
Semesta yang menggerakkan, manusia hanya diberi daya memilih, memilah, mengolah. Atau malah bertindak membiarkan. Kembali pada kesepakatan yang jadi tujuan bersama.
*) Penulis : Founder Jelajah Kampung Nusantara, M. Anwar.
*) Tulisan sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis dan bukan bagian dari BacaMalang.com