Ponpes Al Zaytun Semakin Viral, Ken Setiawan: Kemungkaran yang Lengkap!

Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center, Ken Setiawan. (ist)

BACAMALANG.COM – Hingga sekarang berbagai hal yang kontroversi terus dilakukan Ponpes Al Zaytun di Indramayu, Jawa Barat. Bahkan hal tersebut semakin banyak diketahui dan menjadi semakin viral.

Terkait hal ini, Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center, Ken Setiawan angkat bicara. Ken mengatakan, apa yang dilakukan oleh ponpes tersebut sebagai kemungkaran yang lengkap.

“Apa yang dilakukan pimpinan ponpes Al Zaytun Panji Gumilang adalah kemungkaran yang lengkap,” tegas Ken Setiawan dalam video yang diunggah Herri Pras, baru-baru ini.

Menurutnya, keberadaan NII KW IX yang disebut berpusat di Ponpes Al Zaytun bukan kejahatan biasa, namun sebuah kejahatan kemanusiaan.

Ken menceritakan awal mula ia bergabung dengan NII. Saat itu ia ke Jakarta untuk mengikuti pertandingan pencak silat. Kesempatan itu juga ia gunakan untuk bersilaturahmi dengan rekan-rekannya.

Ken mengaku salut dengan kegiatan rekan-rekannya. Di saat merantau, masih menyempatkan diri belajar agama.

”Saya mendapatkan hal baru dan disetting mendapat hidayah,” imbuhnya.

Terlebih materi yang disampaikan sesuai dengan kaum muda. Ini membuatnya bersemangat.

Ia diperkenalkan bahwa Din (Dalam bahasa Arab) bukanlah agama. Din berbicara tentang negara atau peraturannya. Ada undang-undangnya.

”Al Zaytun itu menganggap (Din) bukan agama. Madinah adalah tempat diberlakukan hukum Islam. Jadi mereka katakan ini adalah Madinah Indonesia,” imbuhnya.

Dalam proses rekrutmen NII tersebut, biasanya orang yang bakal diajak bergabung akan dibawa ke tempat yang santai, misalnya taman, selanjutnya dari sini, yang bersangkutan diajak ke rumah perekrut.

Saat itulah, digambarkan akar batang buah sebagai doktrin pertama. Bahwa jika ingin mencapai surga, jadilah seperti pohon yang baik.  

Hal ini juga dikomparasi dengan masuk Islam secara kaffah. Jangan setengah-setengah.

”Orang islam harus tinggal di negara Islam dan menggunakan hukum Islam,” urainya.

Dalam proses rekrutmen ini, satu orang biasanya dihadapi oleh lima perekrut. Diawali dengan pembicaraan terkait sesuatu yang disukai calon sasaran.

”Ada istilah dangdutan. Satu bertanya, satu menjawab. Akhirnya, hoaks yang diulang terus-menerus sehingga menjadi kebenaran,” tuturnya.

Dituturkannya, dari by data, ada sekitar 250 ribu jemaah dari gerakan teritorial maupun fungsional.

Gerakan teritorial yang sudah memiliki struktur negara. Mulai dari RT, lurah, camat, bupati, gubernur sampai presiden.

Sementara gerakan fungsional berkedok lembaga pendidikan, pondok pesantren.

”Ada namanya santri, ada namanya eksponen. Sebanyak 80 persen (santri Zaytun) adalah semua orang tuanya NII. Sisanya korban promosi Al Zaytun,” paparnya.

Karena itu, ketika ada penelitian dari manapun, tidak akan menemukan apa-apa, sebab semua dilarang untuk membicarakan dan membawa data NII.

”Ini adalah gerakan bawah tanah,” tandasnya. 
Menurut Ken, gerakan bawah tanah di teritorial tersebut memiliki tanggung jawab besar.

Para anggotanya memiliki kewajiban memberikan infaq. Ada sejumlah pos keuangan. Termasuk untuk kurban. Namun ini berbeda pada lazimnya.

Meski bisa pembayarannya bisa dicicil, namun hewan kurban seperti kambing tidak dipotong melainkan diternak. Alasan untuk mengambil asas manfaat dari hewan tersebut.  

Ken Setiawan tegas menuturkan, ada penyesatan tentang rukun Islam di Ponpes Al Zaytun. Dimana syahadat disesatkan. Meski dengan lafaz sama, namun ditafsirkan berbeda.

Yaitu tidak ada negara kecuali negara Islam. Barang siapa bernegara selain Negara Islam, maka dia disebut kafir, zalim dan fasiq.

”Wa asyhaduanna Muhammadar rasuulullah, ditafsirkan saya adalah rasul. Rasul itu seperti seorang lurah. Rasul itu ditafsirkan dengan orang yang membawa risalah,” lanjutnya.

Diterangkannya, pimpinan Ponpes Al Zaytun ini mengadopsi ajaran Isa Bugis dan Lembaga Kerasulan. Semua hal ditafsirkan dengan menggunakan pikiran mereka sendiri.

Belum lagi soal salat tidak diwajibkan karena menganggap negara ini masih jahiliyah.

”Hukumnya ini hukum jahiliyah,” tandasnya. 

Terkait penyimpangan di Ponpes Al Zaytun, Ken Setiawan menyatakan tahun 2002 MUI dan Kemenag sudah melakukan penelitian.

Hasilnya jelas, jelasnya ada hubungan finansial, kepemimpinan dengan NII Komandemen Wilayah IX.

”Pimpinan NII ya pimpinan Al Zaytun. Sayang tidak dipublish,” tukasnya.

Lantas Ken menceritakan banyaknya anak muda yang menjadi korban dan masuk dalam gerakan NII.

“Selain menghilang dari keluarga, beberapa mengambil harta benda orang tuanya dengan alasan menyelamatkan,” pungkasnya.

Sekilas info, Pondok Pesantren Al Zaytun Indramayu didirikan oleh Yayasan Pesantren Indonesia (YPI) yang pembangunannya dimulai pada 13 Agustus 1996 silam, resmi dibuka 27 Agustus 1999 dan awal pembelajaran dimulai pada 1 Juli di tahun yang sama.

Tahun 2005, menjadi pesantren terbesar se-Asia Tenggara menurut Washington Times, karena berdiri di atas lahan seluas 1200 hektar dan pada 2011 lalu, memiliki 7.000 santri dari berbagai wilayah di Indonesia, serta dari negara asing, seperti Singapura, Malaysia, Afrika Selatan, serta Timor Leste.

Pewarta : Hadi Triswanto
Editor/Publisher : Aan Imam Marzuki