BACAMALANG COM – Dalam upaya mensolusikan kemacetan jalan, Pemerintah Kota (Pemkot) Malang berencana membangun Underpass di Blimbing. “Sudah ada kajian berkaitan dengan underpass ini. Tadi sudah tahu memang Kita pakai underpass tidak overpass, dan tadi sudah dijelaskan semua termasuk pembiayaannya,” tandas Wali Kota Malang Sutiaji usai melakukan pertemuan dengan Universitas Negeri Malang (UM), Kamis (7/4/2022).
Seperti diketahui, Sutiaji menyampaikan wacana ini pada Januari 2022 silam. Titik terang lokasi penentuan underpass pun kini sudah ditentukan. Dari tiga lokasi yang diwacanakan, yakni di Sukun, Suhat dan Blimbing, rencana pembangunan underpass tersebut akan dilakukan di Blimbing, atau tepatnya di Jalan Ahmad Yani Kota Malang. Titik lokasi underpass tersebut dimulai dari depan Carrefour hingga setelah Fly Over Arjosari.
Pertemuan tersebut membahas tentang Laporan Akhir Kajian Teknis Penanganan Persimpangan Blimbing Kota Malang oleh Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang. Yang menjadi bahan pembahasan, mulai dari penentuan lokasi underpass, hingga desain dan detail lain yang menunjang pembangunan underpass.
Setelah itu, Pemerintah Kota Malang akan membuat Detail Engineering Design (DED) sebagai tahap awal sebelum proses pembangunan dilakukan. “Nanti akan kami buat DED yang lebih detail, terus disesuaikan dengan existing-nya,” terang Sutiaji.
Sutiaji menginginkan, ke depan ada enam jalur yang bisa dilewati oleh masyarakat di sepanjang Underpass Blimbing Sabilillah ini. Dua jalur di dalam underpass dan dua jalur masing-masing di kanan kiri underpass. Sedangkan lebar jalan yang dibutuhkan ialah 23 meter, yang rinciannya di dalam underpass sembilan meter dan di samping kanan kiri underpass masing-masing tujuh meter. Hal ini sesuai dengan kajian yang telah dilakukan oleh UM dalam pertemuan tersebut.
Selanjutnya pemkot akan mengkaji ulang lebih detilnya dengan mengubah enam atau enam setengah di samping dan bagian underpass tujuh meter. “InshAllah idealnya tadi tujuh meter itu mobil truk simpangan bisa. Tetapi ini kan tidak. Hanya mungkin truk engkel yang bisa masuk dan itu InshaAllah enam meter bisa tidak ada himpitan,” ujarnya.
Sutiaji juga akan meminta bantuan dan dukungan dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Pemerintah Kabupaten Malang terkait rencana pembangunan underpass ini. “Saya juga minta dukungan dari provinsi tentu, juga mengajukan. Kabupaten juga mendorong karena pintu masuk ke kabupaten juga. InshaAllah mudah-mudahan diinventarisir,” ujarnya.
Lokasi yang digarap oleh UM dan Pemkot Malang, yakni berada di Jalan Ahmad Yani, Kelurahan Purwodadi, Kecamatan Blimbing, Kota Malang. Pemilihan lokasi tersebut, kata Sutiaji, akibat seringnya terjadi kemacetan. Apalagi jika saat weekend (hari libur), kemacetan bisa lebih parah dan memanjang hingga kurang lebih 3 km dari arah Surabaya.
“Benar yang kami pilih disana (Jalan A. Yani). Rencananya dibangun setelah Flyover (Arjosari) hingga ke selatah setelah Carefour (toko ritel modern),” ujarnya.
Jika melihat pada peta yang tersaji, Underpass di kawasan Kecamatan Blimbing tersebut bakal memiliki panjang kurang lebih 2 km. Tentunya, underpass tersebut bisa jadi yang terpanjang jika melihat underpass Karanglo yang hanya memiliki panjang 343 meter. Titik kedua rencana pembangunan Underpass, yakni berada di Jalan MT Hariyono, Kelurahan Dinoyo, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. Nantinya, underpass tersebut bakal terbangun ke arah Jalan Mayjen Pandjaitan, Kelurahan Penanggungan, Kecamatan Klojen.
Untuk titik kedua, Sutiaji telah melakukan kerjasama dengan Politeknik Negeri Malang (Polinema). Jika dihitung secara kasar, panjang underpass mulai Jalan MT Hariyono menuju Jalan Mayjen Pandjaitan bisa diukur sekitar 1,8 km. Namun, Pemkot Malang nampak memiliki sedikit kendala untuk rencana pembangunan di titik kedua underpass ini. Akan tetapi, Sutiaji optimis problem masalah kemacetan di sepanjang Jalan bisa diatasi. Bahkan, Jembatan Suhat (Soekarno-Hatta) dimungkinan nanti bakal dikhususkan pengendara yang menuju arah barat atau ke Jalan MT Hariyono.
“Masalahnya adalah bakal mengepras (memotong) sebagian lahan milik UB (Universitas Brawijaya) dan ada makam yang harus dikomunikasikan dulu dengan warga sekitar,” ungkapnya.
Disisi lain, jika berbicara soal anggaran yang akan dikeluarkan, Sutiaji menyebutkan bahwa membutuhkan ratusan miliat untuk satu underpass saja. Pembangunan underpass ini bisa senilai 3/4 dari pembangunan tol. Jika dihitung, untuk pembangunan tol saja setidaknya butuh anggaran Rp 450 miliar per kilometer.
Dari acuan tersebut, estimasi Pemkot Malang butuh anggaran sekitar Rp 350 miliar untuk pembangunan satu underpass atau jika dihitung per kilometer butuh Rp 175 miliar. “Estimasinya segitu (Rp 350 miliar). Itu kami godok dulu anggarannya,” katanya.
RESPON AKADEMISI dan DPRD
Sementara itu, Rektor UM, Prof Dr AH Rofi’uddin mengapresiasi detail rencana underpass melalui gambar dan animasi yang telah dipaparkan dalam pertemuan tersebut. Menurut dia, ke depan tinggal bagaimana proses dalam mengeksekusi dan tindak lanjut oleh pihak-pihak terkait.
“Ini merupakan salah satu wujud dari kepedulian bagian dari Kota Malang. Ini yang bisa dilakukan UM dari kajian akademik. Bagaimana Kami menyelesaikan kemacetan di Kota Malang. Itu salah satu bentuk UM kontribusi Malang semakin nyaman untuk ditinggali,” tandasnya.
Terpisah, Ketua DPRD Kota Malang, I Made Riandiana Kartika menyebutkan bahwa bakal cukup berat untuk melakukan pembangunan underpass sendiri. Oleh karena itu, ia mengharapkan ada peran pemerintah pusat untuk bisa mendanai proyek besar pengentas kemacetan di Kota Malang itu. “Kuncinya pemulihan pandemi Covid-19. APBD berat. Bagaimana dana pusat bisa di bawa ke Kota Malang, sehingga macet teratasi,” tutur Made.
Kemudian, Made juga masih mempertanyakan soal pemilihan tempat dan bagaimana mencari solusi dalam pemangkasan lahan agar bisa dibangun underpass. Belum lagi, panjang underpass yang mencapai 1,8 km dan 2 km menurutnya cukup panjang. Made berkaca dengan underpass Karanglo yang hanya 343 meter saja sudah lumayan panjang. Belum lagi daerah yang akan dibangun underpass juga rawan banjir.
“Di sana (Jalan A. Yani) itu kan sudah sempit dan pinggir jalan ada banyak pertokoan dan sekolah. Kalau dipaksakan jadi underpass, ya sulit,” katanya.
Oleh sebab itu, iya meminta Pemkot Malang bisa memprioritaskan terlebih dahulu soal banjir yang terus menghantui. Pembuatan masterplan banjir tahun 2022 ini diharapkan bisa selesai dan mampu memetakan saluran drainase yang kerap membuat banjir. “Kan katanya sudah dapat lampu kuning juga (jacking Suhat) tuntaskan saja dulu,” pungkasnya. (*/had)