Selamat Tinggal Metaverse, Kegagalan Bersejarah Dalam Dunia Teknologi

Logo Meta. (Unsplash/Dima Solomin)

BACAMALANG.COM – Metaverse pernah menjadi perbincangan panas di dunia di bidang teknologi. Dulu dalam munculnya Metaverse kita diberi gambaran memungkinkan pengguna dapat bertemu satu sama lain dan berinteraksi dalam satu tempat dunia virtual.

Namun ide Metaverse dari pendiri Facebook yaitu Mark Zuckerbeg yang saat itu juga mengubah nama perusahaannya menjadi Meta harus menelan pilu.

Melansir dari laman Insider, kurangnya visi yang koheren dalam produk Metaverse ini mengakibatkan turunnya minat pengguna, kemudian ditambah industri teknologi beralih ke tren yang baru yaitu AI generatif atau kecerdasan buatan yang dalam penggunaannya memudahkan masalah manusia.

Metaverse juga berumur singkat, teknologi ini ternyata gagal memenuhi janji-janjinya di sepanjang umurnya. Konsep Metaverse yang memungkinkan pengguna dapat beriteraksi secara secara online menggunakan avatar adalah konsep yang sudah lama, mengingat kembali pada akhir 1990-an dengan permainan game role-player online multiplayer seperti Meridian 59, EverQuest dan Ultima Online.

Harusnya dengan konsep metaverse ini dibangun di atas ide-ide ini dengan teknologi baru. Pembawa acara CNBC Jim Cramer mengangguk setuju ketika Zuckerberg mengklaim bahwa 1 miliar orang akan menggunakan Metaverse dan menghabiskan ratusan dolar di sana, meski CEO Meta itu tidak dapat mengatakan apa yang akan diterima orang sebagai imbalan atas uang tunai mereka atau mengapa ada orang yang ingin mengikatkan headset VR ke wajah mereka untuk hadir di dunia virtual dengan bentuk kartun.

Obsesi Metaverse juga besar kala itu, perusahaan konsultan Gartner mengklaim bahwa 25 persen orang akan menghabiskan setidaknya satu jam sehari di Metaverse pada tahun 2026. Lainnya, The Wall Street Journal mengatakan Metaverse akan mengubah cara kita bekerja selamanya.

Orang-orang di belakang perusahaan NFT Bored Ape Yacht Club memberikan pernyataan yang menipu kepada pers untuk percaya bahwa mengunggah gambar monyet digital seseorang ke VR akan menjadi kunci untuk “menguasai Metaverse”.

Pemompa kripto lainnya bahkan berhasil meyakinkan orang bahwa tanah digital di Metaverse akan menjadi perbatasan investasi real estat berikutnya. Bahkan bisnis yang tampaknya tidak ada hubungannya dengan teknologi ikut serta. Walmart bergabung dengan Metaverse. Disney bergabung dengan Metaverse.

Terlepas dari semua keramaian ini, Metaverse tidak menjalani hidup sehat. Setiap ide bisnis atau proyeksi pasar yang cerah dibangun di atas janji-janji samar dari seorang CEO tunggal dan orang-orang yang ditawari kesempatan untuk mencobanya, tidak ada yang benar-benar menggunakan Metaverse.

Sebuah produk Metaverse berbasis kripto yang paling didanai dengan baik yaitu Decentraland, hanya memiliki sekitar 38 pengguna aktif harian dalam ekosistem $1,3 miliar. Namun, Decentraland akan membantah jumlah ini, mengklaim bahwa ia memiliki 8.000 pengguna aktif harian – tetapi itu masih hanya sebagian kecil dari jumlah orang yang bermain game online besar seperti “Fortnite”

The Wall Street Journal melaporkan bahwa hanya sekitar 9% dari dunia buatan pengguna yang dikunjungi oleh lebih dari 50 pemain, Terlepas dari kekuatan perusahaan triliunan dolar saat itu, Meta tidak dapat meyakinkan orang untuk menggunakan produk yang telah mempertaruhkan masa depannya.

Ekonomi Metaverse kian melambat saat AI generatif mulai tumbuh. Microsoft menutup platform ruang kerja virtualnya AltSpaceVR pada Januari 2023, memberhentikan 100 anggota “tim metaverse industri,” dan melakukan serangkaian pemotongan pada tim HoloLens-nya.

Bahkan Disney menutup divisi Metaverse-nya pada bulan Maret, dan Walmart mengikutinya dengan mengakhiri proyek Metaverse yang berbasis di Roblox.

Setelah itu, Metaverse secara resmi ditarik oleh Zuckerberg dan kini perusahaannya telah pindah haluan. Zuckerberg menyatakan dalam pembaruan Maret bahwa Meta akan berinvestasi untuk memajukan AI dan membangunnya ke dalam setiap produknya menurut Chief technology officer Meta Andrew Bosworth.
Sumber: Business Insider

Pewarta: Tri Wahyu Pujo
Editor/Publisher : Aan Imam Marzuki