
BACAMALANG.COM – Ada sesuatu yang lain di rooftop mall Malang Town Square (Matos) sejak sore hingga malam pada Sabtu (23/9/2023). Venue bernama Twilight Zone Roof bernuansa vintage bangunan Eropa tersebut dipenuhi ratusan umat Buddha dari berbagai vihara di Malang Raya, mulai dari warga Tengger Ngadas, Kecamatan Poncokusumo hingga umat dari Desa Pait, Kecamatan Kasembon.
Dalam acara bertajuk Malang Buddhist Culture ini, mereka menampilkan berbagai atraksi seni budaya, khususnya para generasi muda dari masing-masing vihara.
Kegiatan dimulai dengan flashmob, atraksi Barongsai dari Eng An Kiong, Fang Shen (pelepasan mahkluk hidup) yang dilanjutkan dengan tarian serta nyanyian, mulai Cross Culture Chinese + Java Jing Yu, Tarian Topeng Malang Klana, Tarian Fragment Empat Kesunyatan Mulia dan sebagainya.
Ketua Panitia Yuli Wiyanto menuturkan, acara ini merupakan kerjasama Kelompok Kerja Penyuluh Agama Buddha (Pokjaluh Buddha) Malang Raya dengan pihak Matos, untuk mempertemukan 6 majelis yang ada di Malang agar saling mengenal budaya majelis masing-masing.
“Kami menyambut baik dan berterimakasih atas ide kreatif yang pertama kali diadakan di mall ini, meski persiapannya sebenarnya sangat ‘mepet’. Kami hanya punya waktu dua minggu untuk menyiapkan segala sesuatunya, mulai pementasan hingga konsumsi,” ungkapnya di sela acara.
Dikatakan Yuli, umat Buddha Malang Raya sangat antusias dengan penyelenggaraan Malang Buddhist Culture ini, meskipun ada pula yang sempat salah informasi dengan mendatangi ke mall selain Matos.

Bahkan warga Tengger dari desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo merupakan yang paling banyak hadir, dengan catatan sebanyak 270-an orang dengan busana hitam khas mereka, lengkap dengan udeng di kepala bagi kaum laki-lakinya.
Mereka juga membawa salah satu komoditas pertanian unggulan yakni kentang, untuk konsumsi dalam acara yang mengusung tagline ‘Salam Damai, Salam Kebajikan’ ini.
“Kami terbuka untuk bekerja sama dengan berbagai pihak untuk acara-acara seperti ke depannya,” tandas pria yang berdomisili di kawasan Buring Kota Malang ini.
Meski dengan persiapan minim, namun masing-masing vihara berusaha menampilkan yang terbaik dalam acara tersebut. Seperti Tarian Fragment Empat Kesunyatan Mulia, yang dibawakan pihak Vihara Dhammadipa Arama, Junrejo Kota Batu.
“Kami hanya punya waktu seminggu untuk latihan, tapi syukurlah semua dapat terlaksana dengan baik,” ungkap Sujopo Sumarah Purbo, salah satu penampil yang mewakili Vihara Dhammadipa Arama tersebut.
Seniman asal Kota Batu yang dijuluki Penari 1.000 Topeng tersebut mengatakan, fragment yang dibawakan bersama sejumlah anak muda itu merupakan salah satu ajaran Buddha yang disampaikan lewat seni tari.
“Tarian ini sebenarnya sangat lama durasinya, tapi dalam kesempatan yang terbatas ini, kami hanya menampilkan intronya saja,” pungkasnya.
Pewarta : Nedi Putra AW
Editor/Publisher : Aan Imam Marzuki