
BACAMALANG.COM – Usai diluncurkan secara resmi yang dilanjutkan dengan diskusi film pada akhir pekan bulan Mei 2023 lalu, film dokumenter pendek “Tirta Carita: Sendang Malang di Cekung Gunung” langsung menarik minat berbagai kalangan. Seperti pemutaran yang dihelat di Museum Zoologi Fr M. Vianney BHK di Jl Mahameru Tidar Malang, Sabtu (10/6/2023).
Pemutaran dan diskusi kali ini menghadirkan sejumlah pembicara antara lain, staf ahli Museum Zoologi Fr M. Fianney BHK Malang Denise Resiamini Praptaningsih, jurnalis dan penulis Hariani serta mahasiswa pascasarjana Kajian Budaya UNS Surakarta, Satrya Paramanandana, serta dihadiri sejumlah undangan dari kalangan siswa sekolah hingga pengelola museum.
Denise Resiamini Praptaningsih menuturkan, film ini sebenarnya sudah masuk dalam Implementasi Kurikulum Merdeka.
“Materinya sesuai dengan P5 yang kini sedang diterapkan di sekolah-sekolah,” ungkapnya.
Denise menambahkan, keberlangsungan sumber mata air tidak terlepas dari bio diversity di sekitarnya, selain folklore dan sisi ekologis yang diulas dalam film yang didanai program pemajuan kebudayaan Indonesiana, Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dan Kemendikbud ini.
Oleh karena itu ia menilai Tirta Carita erat pula hubungannya dengan keberadaan Museum Zoologi yang didirikan Fr. Clemens Keban ini.

“Museum ini memberi edukasi tentang biologi dan lingkungan hidup lewat berbagai kerang maupun satwa yang diawetkan. Sempat tampak patung katak di salah satu sumber mata air, dimana katak merupakan bio indikator air bersih,” paparnya.
Sehingga Denise berharap dari film ini akan menumbuhkan diskusi-diskusi menarik, khususnya di lingkungan siswa sekolah.
“Agar kita semua dapat lebih dalam menggali potensi ekologi budaya,” tandasnya.
Hariani, yang sehari-hari juga berkegiatan di Dinas Lingkungan Kota Malang menyoroti pentingnya kolaborasi dengan berbagai pihak dalam menjaga kelangsungan sumber mata air yang ada.
“Mengingat yang diulas dari film ini beberapa sumber mata air lokasinya ada di Kota Malang,” ucapnya.
Sementara Satrya Paramanandana lebih berharap masyarakat kembali ke nilai-nilai masa lalu.
“Isu budaya yang diangkat dari film ini bisa mengingatkan agar kita tidak lupa dengan tugas menjaga air,” tutur pengelola Batik Soendari ini.
Namun sikap tegas ditunjukkan salah satu pemirsa, Irawan Prajitno yang berharap kepada tim produksi untuk mengarahkan film ini kepada para pemangku kebijakan.
“Saya minta kepada mbak Latifah selaku produser, agar meningkatkan upaya kolaborasi seperti yang diutarakan mbak Hariani, entah kepada siapa saja, yang penting para pejabat dan pembuat kebijakan bisa menyaksikan film ini,” ujar pria yang rumah cagar budayanya di Jl Anjasmoro 25 ini sempat dijadikan salah satu lokasi syuting film ini.
Usai pemutaran film, undangan berkesempatan meninjau sejumlah koleksi Museum Zoologi Fr M. Fianney BHK Malang.
Sementara guna memenuhi permintaan sejumlah kalangan, Film “Tirta Carita: Sendang Malang di Cekung Gunung” ini langsung diputar di Jl Sumbersari gang VI Kota Malang, yang disaksikan beramai-ramai oleh sejumlah warga setempat secara lesehan pada malam harinya.
Pewarta : Nedi Putra AW
Editor/Publisher : Aan Imam Marzuki