Terkait Pernyataan Kapolri Dampak Perang Israel Palestina, Ini Tanggapan Mantan Napiter

Syahrul Munif, mantan Napiter yang telah kembali ke NKRI (Rohim Alfarizi)

BACAMALANG.COM – Perang Israel Palestina
banyak mendapat sorotan dari berbagai pihak, satu diantaranya yakni Syahrul Munif, salah seorang mantan Napi Teroris (Napiter). Menurutnya perang Israel Palestina, menyebabkan mayoritas masyarakat pasti marah kepada Israel.

“Bila marahnya memboikot produk-produk Israel, mengecam perbuatan Israel, membuat aksi solidaritas, mendoakan Palestina, tidak ada masalah,” ujarnya, Sabtu (4/11/2023).

Lebih lanjut Syahrul mengatakan, jika marahnya sel teroris, target bukan hanya Amerika dan Israel.

“Tapi bila marahnya sel teroris, dia bikin serangan teror dengan target yang merepresentasikan Amerika Serikat atau Israel di Indonesia, Korbannya dari masyarakat Indonesia sendiri dan akan berdampak terhadap situasi kamtibmas,” jelasnya.

Ini akan menjadi situasi yang tidak baik sehingga Polri harus antisipasi dari sisi teror dan terbukti ada peningkatan preventive strike pasca kejadian perang Israel Palestina.

Menyikapi pernyataan Kapolri, Syahrul menilai tidak ada hubungannya dengan keberpihakan terhadap salah satu pihak.

“Sama sekali tidak ada hubungannya pernyataan Kapolri dengan keberpihakan terhadap salah satu pihak. Tidak ada hubungannya dengan mengecap Hamas sebagai teroris,” terangnya.

Sementara itu, terkait pernyataan Rieke Dyah Pitaloka, menurutnya Rieke gagal paham dan logikanya melompat.

“Bila mencari suara dan elektoral jangan pakai cara-cara yang menyesatkan. Apalagi menyatakan itu adalah pengalihan isu.
Kalau ada serangan teror, bom, masa mau dibilang pengalihan isu,” bebernya.

Dan ini, lanjutnya, adalah bentuk tanggung jawab Kapolri untuk menjaga stabilitas kamtibmas di Indonesia.

“Poinnya adalah Rieke Diah Pitaloka jangan mengadu-adu antara Kapolri dengan pemerintah, dengan masyarakat. Karena logika berpikir Rieke Diah sama pernyataan Kapolri tidak ada hubungannya. Konteksnya sangat jauh berbeda,”urainya.

Mantan napiter ini menambahkan ada dua poin yang menjadi tanggung jawab Kapolri, yakni:

1. Pernyataan Kapolri itu sebagai bentuk tanggung jawab Polri untuk menjaga stabilitas kamtibmas.

2. Mohon politisi menjelang pemilu ini tidak menggunakan Isu perang Israel Palestina untuk kepentingan ambisi politiknya apalagi menggunakan isu agama dengan membentur benturkan antara Polri dengan Pemerintah dan Masyarakat hanya untuk syahwat politiknya.

Perlu diketahui, Syahrul Munif adalah mantan napiter yang sudah kembali ke NKRI dan kembali ke masyarakat.

Dirinya beruntung, semua keluarga besarnya mendukung semua upayanya itu.

Sebelumnya Syahrul Munif sempat bergabung dengan tentara ISIS dan pernah berada di Suriah beberapa tahun.

Setelah kepulangannya dari Suriah, banyak hal yang harus diperbaiki. Kondisi ekonomi keluarga, hubungan dengan keluarga istrinya, dan menjaga diri agar tidak didekati lagi oleh kelompok lamanya.

Setelah kurang lebih hampir dua tahun sejak kepulangannya dari Suriah, dirinya mulai mapan dengan kehidupan barunya. Usahanya pun semakin berkembang dan telah berhasil melunasi hutang-hutangnya selama ditinggal ke Suriah.

Namun di awal Juni 2017, Syahrul ditangkap oleh Densus 88 untuk mempertanggungjawabkan kesalahannya karena pernah bergabung dengan ISIS di Suriah.

Fenomena yang ditemuinya dari sesama narapidana teroris di penjara tak kalah mencengangkan dari yang ditemuinya di Suriah. Hal ini semakin membuatnya merasa harus ikut aktif mencegah agar tidak ada lagi orang yang terpapar paham radikal ekstrem seperti dirinya di masa lalu.

Maka ketika sudah bebas dari penjara ada tawaran untuk menuliskan kisah perjalanannya dari terpapar hingga kembali ke jalan yang benar, ia menyambutnya dengan sangat antusias.

Dirinya berharap buku “Kembali Ke Merah Putih” ini bisa membantu upaya pencegahan di masyarakat.

Sebagai penutup dalam tulisannya, dirinya menyampaikan inti pesan dari isi buku, yaitu:
“Seradikal dan seekstrem apapun seorang teroris, tetap akan luluh dan kalah oleh keharmonisan dan kasih sayang keluarga.
Maka, mari kita jaga keharmonisan keluarga kita.”

Pewarta : Rohim Alfarizi
Editor/Publisher : Aan Imam Marzuki