
BACAMALANG.COM – Usai promosi UMKM pada gelaran Indonesia Fair 2023 dan penandatanganan MoU dengan salah satu perusahaan insfrastruktur di Tiongkok, Wali Kota Sutiaji dan rombongan fokus menggali peluang kerjasama di bidang pengelolaan sampah yang memiliki teknologi terbarukan ke Pengolahan Sampah dengan Alih Teknologi yang Terbarukan di Tiongkok.
Tempat pengolahan sampah ini berfokus pada pengelolaan sampah menjadi output multifungsi bernilai ekonomi.
Ia menjelaskan, komitmen untuk menuntaskan permasalahan sampah serta menghadirkan kualitas lingkungan hidup di Kota Malang yang semakin baik harus terus dikedepankan, mengingat populasi masyarakat Kota Malang yang luar biasa apalagi jumlah pendatang terus bertambah.
Terlebih babak baru pengelolaan sampah di Indonesia tidak lagi berhenti pada pemilahan sampah namun telah berkembang menuju Zero Waste Zero Emission.
“Kali ini saya berada di tempat pengelolaan sampah dari hulu sampai hilir. Pada hilir tadi kami lihat saat sampah masih bercampur itu ada pemilahan. Prosesnya luar biasa, sampai hasil finishing ini ada bahan yang bisa digunakan untuk banyak material. Dan tidak berbau sama sekali. Inilah yang akan kita adopsi, kita usahakan, utamanya di Kota Malang,” urai Wali Kota Sutiaji saat dihubungi melalui panggilan video, Senin (12/6/2023).
Sebagai informasi, teknologi yang digunakan pada tempat pengelolaan tersebut diklaim mampu mengolah sampah dengan tidak tersisa sedikit pun. Mulanya sampah dipilah sesuai dengan jenisnya, seperti material besi, plastik, maupun material organik. Bahkan melalui teknologi di sini, kantong plastik yang selama ini menjadi momok permasalahan lingkungan dapat diproses menjadi bahan yang memiliki nilai guna sesuai dengan kebutuhan. Seperti batako, paving block, bata ringan, palet plastik, maupun kusen. Untuk sampah organik diolah menjadi pupuk. Keseluruhan proses teknologi ini diterapkan dan dikendalikan melalui suatu control room.
“Kita belajar sampai ke Tiongkok, dimana negara dengan populasi terbesar di dunia ini tentu memiliki permasalahan tentang sampah dan bagaimana mengelolanya. Negara mereka mulai dijadikan sampling untuk pengelolaan sampah dan juga dilengkapi berbagai teknologi moderen. Sehingga tidak ada salahnya kita berkolaborasi dengan hal positif itu untuk diterapkan di Kota Malang,” akunya.
Sutiaji juga menjelaskan bahwa teknik-teknik moderen pengelolaan sampah akan sangat diperlukan dalam upaya mendukung percepatan target Zero Waste Zero Emission. Dan melakukan kolaborasi akan mendorong percepatan tersebut.
Menurut dia, nantinya jika teknologi ini diadopsi akan memantabkan sejumlah upaya positif yang telah dilakukan oleh masyarakat maupun Pemerintah Kota Malang dalam hal pengelolaan sampah.
“Ini bisa dikolaborasikan bersama. Untuk saat ini TPA Supiturang pun telah dimodernisasi dan menerapkan sanitary landfillI. Selain itu sejumlah inisiatif ekonomi sirkular yang mengubah sampah menjadi berkah di Kota Malang akan selaras dengan teknologi itu tadi,” paparnya.
Tidak hanya berhenti mengunjungi Tempat Pengolahan Sampah dengan Alih Teknologi yang Terbarukan, Wali Kota dan rombongan melanjutkan kunjungannya ke kantor dan perusahaan pusat pengolahan sampah di Kota Nanning, Guangxi, Selasa (13/6/2023).
Antusiasme terpancar dari raut wajah orang nomor satu di Pemkot Malang ini. Pasalnya, kali ini Wali Kota Sutiaji disodori teknologi pengolahan limbah sampah plastik menjadi bahan bakar sehingga dapat mengurangi pencemaran lingkungan.
“Sebagaimana kita tahu, sampah plastik telah menjadi polusi secara global. Butuh ratusan tahun untuk terurai. Perlu solusi untuk mengatasinya. Dan kali ini saya menengok pengolahan sampah plastik menjadi bahan bakar, luar biasa,” komentarnya saat dihubungi melalui sambungan via telepon.
Sebagai informasi, sampah plastik tersebut diolah menjadi beberapa jenis bahan bakar. Diantaranya menjadi bahan bakar minyak, bahan bakar gas untuk tenaga pembangkit listrik maupun karbon hitam yang dapat dimanfaatkan untuk pembakaran.
Tempat pengolaah sampah ini dilengkapi dengan teknologi paling modern serta dapat memroses sebanyak 60 ton sampah plastik dalam sehari.
“Bahan plastik di sini banyak berasal dari sampah rumah tangga; seperti kantong plastik, tas belanja, kemasan bahan plastik. Kemudian diolah sedemikian rupa dengan berbagai teknologi sehingga menjadi tiga jenis bahan bakar. Sampah tadi berubah menjadi berkah dan nilai manfaatnya berkali-kali lipat. Tentu sebuah inovasi yang solutif, dan harus kita cermati untuk diterapkan di Kota Malang,” terangnya.
Sutiaji berharap agar Kota Malang dapat lebih memanfaatkan sampah plastik agar dapat bernilai guna, dengan plastik yang dapat digunakan sebagai bahan bakar maka tidak menutup kemungkinan dapat digunakan sebagai bahan bakar di kehidupan rumah tangga.
“Ke depan apabila teknologi ini diadopsi di Kota Malang, saya juga berharap adanya peran serta masyarakat maupun Pemerintah Kota Malang untuk meningkatkan manajemen pemilahan sampah, yang harus dibarengi dengan komitmen dari hulu sampai hilir. Manajemennya harus sistematis. Karena dengan terpilahnya sampah secara sistematis di hulu, maka di hilir akan memudahkan proses pengelolaan sampah sesuai bahannya. Sehingga output yang dihasilkan juga maksimal,” tandasnya.
Namun ia juga berpesan agar masyarakat lebih bijak lagi dalam menggunakan bahan plastik.
“Teknologi yang kita pelajari di sini adalah sebuah solusi mengatasi masalah plastik. Namun alangkah lebih baik jika kita bijak dalam mengonsumsi bahan plastik,” ucapnya mengakhiri.
Pewarta : Nedi Putra AW
Editor/Publisher : Aan Imam Marzuki