Sinematurahmi Omah Jayeng Yogyakarta dan Guyub Film Malang Raya Hadirkan Diskusi Bersama Sutradara Film “Tilik” Wahyu Agung Prasetyo - BACAMALANG.COM

Menu

Mode Gelap
Fapet UB Kembangkan LENTERA, Sistem Modernisasi Peternakan Ayam Berbasis AI dan IoT untuk Segmentasi Peternak Kecil Kolaborasi SDN Sumbersuko dan Kepolisian, Gelar Sosialisasi Hadapi Bullying dan Bijak Media Sosial Jalin Kolaborasi dengan Thailand dan Kamboja, Universitas Ma Chung Gelar International Summer Camp Encounter 2025 Kenalkan Profesi Pedagang, Pos KB/PAUD Anak Cerdas Ceria Belanja ke Pasar Oro-oro Dowo The Bagong Adventure Museum Tubuh Terima Penghargaan Museum dengan Koleksi Replika Organ Tubuh Manusia Terbesar oleh MURI

RAGAM · 30 Jul 2025 06:04 WIB ·

Sinematurahmi Omah Jayeng Yogyakarta dan Guyub Film Malang Raya Hadirkan Diskusi Bersama Sutradara Film “Tilik” Wahyu Agung Prasetyo


 Salah satu adegan Film Perbesar

Salah satu adegan Film "Tilik", yang diputar dalam Berlayar Sinema: Silaturahmi Sinema Komunitas Film Indonesia di Malang, Selasa (29/7/2025). (Nedi Putra AW)

BACAMALANG.COM – Film pendek berbahasa Jawa “Tilik” menjadi salah satu karya yang fenomenal dalam perfilman Indonesia. Disutradarai oleh Wahyu Agung Prasetyo, film ini menggambarkan kebiasaan warga desa yang bersama-sama menjenguk orang sakit menggunakan truk bak terbuka. Namun, dalam kebersamaan para ibu ini, muncul budaya berprasangka dan membicarakan orang lain.

Dirilis pada tahun 2018 dan mulai tayang di YouTube pada 17 Agustus 2020, “Tilik” memperkenalkan karakter ikonik Bu Tejo (diperankan oleh Siti Fauziah). Film ini meraih lebih dari 19 juta penonton hanya dalam waktu dua pekan.

Film “Tilik” kembali diputar dalam acara bertajuk Berlayar Sinema: Silaturahmi Sinema Komunitas Film Indonesia, yang digelar di Malang pada Selasa malam, 29 Juli 2025. Acara ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Sinematurahmi Omah Jayeng Yogyakarta bersama Guyub Film Malang Raya, dan menghadirkan diskusi langsung bersama sang sutradara, Wahyu Agung Prasetyo.

Selain “Tilik”, turut diputar pula film pendek “Anak Lanang” yang juga disutradarai Wahyu, serta “Kepaten Obor” karya Lukman Hakim. Tak ketinggalan, film pilihan bertajuk “Krisis dalam Karya Film Garin Nugroho” karya Tonny Trimarsanto.

Dalam sesi diskusi, Wahyu menceritakan proses kreatif di balik film-filmnya. Ia mengungkapkan bahwa saat membuat “Tilik”, ia menargetkan satu juta penonton, meskipun tidak menyangka film itu akan viral. “Faktor keberuntungan dan pandemi yang membuat orang lebih banyak menonton film secara daring turut memengaruhi kesuksesan Tilik,” ujarnya.

Diskusi bersama sutradara Film ” Tilik” Wahyu Agung Prasetyo (kiri), dalam Berlayar Sinema: Silaturahmi Sinema Komunitas Film Indonesia di Malang, Selasa (29/7/2025). (Nedi Putra AW)

Terkait pengalamannya menyutradarai film dengan aktor anak-anak, Wahyu menyebut tantangan terbesarnya adalah membuat para pemain tampil alami dan tidak seperti membaca naskah. Ia juga berbagi cerita tentang film horor “Singsot”, yang menurutnya merupakan eksperimen bersama teman-temannya.

“Awalnya hanya proyek iseng, tapi ternyata studio melihat potensi genre horor, sehingga Singsot menjadi film panjang pertama saya. Sayangnya, film ini tayang di bioskop saat Ramadan, dan hanya meraih 185 ribu penonton. Meski begitu, tetap dianggap sukses secara industri,” jelas Wahyu, yang juga merupakan salah satu pengelola Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF).

Ia menekankan pentingnya produktivitas sineas, terutama lewat film pendek. “Kalau tidak dimulai dari film pendek, bagaimana bisa berfestival atau berkompromi dengan industri di kemudian hari?” tegasnya.

Sementara itu, Arief Akhmad Yani dari Community Forum JAFF, yang turut mengelola ruang audio visual Omah Jayeng dan program pemutaran film antar komunitas, menjelaskan bahwa kegiatan ini adalah bagian dari program pemutaran keliling di empat kota: Pacitan, Purworejo, Kediri, dan Malang.

“Tujuannya untuk mengenalkan kembali Omah Jayeng yang kini aktif setelah sempat vakum akibat pandemi,” ungkap Yani.

Ia menambahkan, Omah Jayeng adalah titik temu komunitas film di Yogyakarta yang menjadi penggagas JAFF. Empat kota dipilih sebagai upaya menjadikannya barometer kegiatan perfilman di wilayah masing-masing.

“Mas Garin Nugroho dari Omah Jayeng akan menggelar Festival Film Horor di Pacitan pada Oktober 2025. Di Purworejo akan ada Andhy Pulung, editor film yang mampu menyusun cerita Mas Garin tanpa skenario,” jelas Yani.

Untuk Kediri, kegiatan ini akan mempertemukan komunitas seperti Kali Brantas Sinema dan Asosiasi Perfilman Kediri. Mereka juga akan menghadirkan Ninndi Raras, sineas asal Yogyakarta dengan filmnya Kitorang Basodara.

“Ninndi diundang karena dia merupakan alumni LA Indie Light 2012 yang dikelola Mas Garin,” pungkas Yani.

Pewarta: Nedi Putra AW
Editor/Publisher: Rahmat Mashudi Prayoga

Artikel ini telah dibaca 47 kali

badge-check

Publisher

Komentar ditutup.

Baca Lainnya

Semangat Lintas Generasi Warnai Social Run & Fun Walk HUT ke-73 SMAN 3 Malang

5 Oktober 2025 - 14:33 WIB

Fashion on The River #3, Batu Angkat Wastra Lokal Jadi Magnet Pariwisata Nasional

3 Oktober 2025 - 08:55 WIB

Guncang POMNAS XIX! Mahasiswa UIBU Sabet Medali, Buktikan Diri di Panggung Nasional

28 September 2025 - 19:51 WIB

Gramedia Hadirkan Pameran Semesta Buku 2025 di MCC

23 September 2025 - 09:12 WIB

Lembar Pertama, Setahun Perjalanan Komunitas Epistemik Rumah Budaya Ratna

21 September 2025 - 18:27 WIB

Salah satu penampilan dalam ulang tahun pertama Rumah Budaya Ratna (RBR) yang dirayakan dengan kegiatan bertajuk Lembar Pertama. (Nedi Putra AW)

“Lintas Jalur Langit” ACPM, Langkah Strategis Malang Menuju Kota Seni Dunia

15 September 2025 - 17:23 WIB

Trending di RAGAM

©Hak Cipta Dilindungi !