Mampir ke SMAN 4 Kota Malang, Wardiman Djojonegoro Beri Motivasi Siswa dan Paparkan Sejarah Pangeran Diponegoro

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan periode 1993-1998 Prof. Wardiman Djojonegoro (tengah, berjas hitam) bersama siswa dan guru SMAN 4 Kota Malang, Jumat (4/8/2023). (Nedi Putra AW)

BACAMALANG.COM – Para siswa SMAN 4 Kota mendapat kelas istimewa dengan kehadiran Prof. Wardiman Djojonegoro. Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan periode 1993-1998 tersebut berkesempatan ‘mengajar’ dalam kegiatan “Jumpa Tokoh” yang dihelat di sekolah setempat, Jumat (4/8/2023).

Wardiman, yang saat ini sudah berusia 89 tahun, mengawali dengan memberi motivasi kepada para siswa.

“Jangan kalah sama saya, oleh karena itu dari sekarang kalian harus punya tujuan hidup yang lebih spesifik. Jangan bercita-cita misalnya jadi orang yang berguna bagi negara, jangan seperti itu. Tentukan langsung, jadi ahli internet, mau buka warung internet atau warung tegal sekalipun,” paparnya.

Mantan mendikbud yang terkenal dengan penerapan link and match ini menegaskan, bahwa setelah menentukan tujuan, sebelumnya buatlah planning atau perencanaan dan pelaksanaan untuk mewujudkan tujuan tersebut.

Ia juga memotivasi siswa agar menyukai pelajaran sejarah. Dikatakan Wardiman, mata pelajaran (mapel) sejarah bukanlah momok bagi siswa.

“Sejarah mungkin mapel menakutkan nomer 10, di atasnya masih ada Matematika maupun Fisika,” ungkap pria kelahiran tahun 1934 di Pamekasan Madura ini.

Prof. Wardiman Djojonegoro saat membahas sejarah Pangeran Diponegoro di SMAN 4 Kota Malang, Jumat (4/8/2023). (Nedi Putra AW)

Ia menuturkan, bahwa pada masa sekolah dulu, Pancasila adalah mapel yang menarik, sehingga banyak yang melamar menjadi guru Pancasila. Sementara ia sendiri menyukai sejarah sejak SMP, yang ditandai dengan nilai-nilainya yang bagus.

“Bagi saya, sejarah itu menarik, karena ada rangkaian gerakan dari manusia sebelum kita ada,” ungkap Ketua Umum Yayasan Puteri Indonesia ini.

Dalam acara yang dihadiri siswa dan guru tersebut, Wardiman memaparkan sejarah Pangeran Diponegoro dari buku “Sejarah Ringkas Pangeran Diponegoro dan Perang Jawa 1825-1830” yang ditulisnya.

“Buku itu merupakan ringkasan dari buku karya sejarawan Peter Carey yang aslinya sangat tebal, saya buat agar orang lebih mudah membacanya,” ucapnya sambil membagikan empat bukunya tersebut kepada guru sekolah.

Dalam paparan selama hampir satu jam tersebut, Wardiman ‘meluruskan’ sejarah Pangeran Diponegoro dengan mengungkapkan, bahwa banyak penulis Belanda yang menyajikan informasi yang tidak benar, seperti menganggap bahwa Pangeran Diponegoro berperang karena tidak diberi takhta sebagai sultan. 

Pegiat budaya Panji ini juga menekankan peran penting bapak dan ibu guru, agar dapat membuat sejarah khususnya, menjadi bahan ajaran menarik, sehingga siswa berminat dan menyukai mata pelajaran itu.

“Saya tegaskan bahwa 70 persen perannya ada pada bapak dan ibu guru,” tukas Dewan Penasehat PGRI Pusat ini.

Kepala SMAN 4 Kota Malang, Hari Wahjono merasa senang dengan kegiatan “Jumpa Tokoh” di sekolahnya. Apalagi yang hadir adalah Mendikbud di era 1993-1998 yang sangat tepat sebagai sarana bagi para siswa maupun guru di SMAN 4 untuk meningkatkan pembelajaran.

Hari mengatakan, kedatangan Eyang Wardiman, ia menyebutnya demikian, adalah hal luar biasa baginya.

“Saya dulu menerima penghargaan sebagai guru berprestasi langsung oleh beliau hampir dua puluh tahun silam,” ungkapnya.

Terkait paparan Wardiman, Hari menuturkan bahwa pihaknya lewat guru sejarah, akan mencoba bagaimana mengimplementasikan sejarah terutama dari buku para pelaku sejarah agar tidak salah dalam memberikan pemahaman pada anak-anak tentang pentingnya sejarah.

“Kami akan upgrade diri untuk meningkatkan kompetensi guru sejarah, baik itu lewat studi banding, workshop sejarah maupun mendatangkan pakar-pakar dari buku induknya, karena akan berdampak besar jika sejarah salah dalam pemahamannya,” tandas Hari.

Pewarta : Nedi Putra AW
Editor/Publisher : Aan Imam Marzuki