BACAMALANG.COM — Perjalanan penuh makna yang dilakukan oleh Eko Agus Rianto, atau yang akrab disapa Rian, seorang penyandang disabilitas, terus berlanjut. Demi memperjuangkan keadilan Tragedi Kanjuruhan yang merenggut lebih dari 135 nyawa, Rian memulai aksi jalan kaki dari Stasiun Cikarang menuju Malang.
Pada Sabtu (14/9/2025) malam, Rian sudah memasuki wilayah Jawa Tengah (Jateng). Ia disambut berbagai komunitas suporter seperti Aremania Brebes, Tegal Boy, Jak Tegal, Aremania Pemalang, Jakmania Semarang, Aremania Pekalongan, Jakmania Pekalongan, hingga Viking Pemalang.
Mereka menyuarakan dukungan agar perjuangan menuntut keadilan atas Tragedi Kanjuruhan terus digaungkan. “Tragedi Kanjuruhan harus tetap diperjuangkan hingga keadilan itu benar-benar terpenuhi,” ujar Yahya, Koordinator Arema Jateng.
Seperti diketahui, Rian menyebut aksinya ini sebagai “doa berjalan”, sebuah bentuk penghormatan dan pengingat bahwa tragedi kelam di Stadion Kanjuruhan tak boleh dilupakan. “Setiap langkah adalah doa untuk mereka yang telah pergi. Ini bukan hanya perjalanan fisik, tapi perjalanan hati,” tuturnya.
Rute yang ditempuh Rian membentang ratusan kilometer, melewati kota-kota besar seperti Cirebon, Tegal, Semarang, Solo, hingga Malang. Meski fisiknya terbatas, semangatnya tak pernah surut. Ia memperkirakan perjalanan ini akan memakan waktu beberapa pekan, tergantung cuaca dan kondisi tubuh.
Tragedi Kanjuruhan bukan hanya luka bagi keluarga korban, tapi juga bagi dunia sepak bola Indonesia. Rian berharap aksinya bisa mengetuk hati para pemangku kebijakan agar berpihak pada korban dan keluarganya.
“Jangan biarkan ingatan kita padam hanya karena waktu berjalan. Kita harus terus memperjuangkan keadilan,” tegasnya.
Aksi ini bukan untuk popularitas, melainkan untuk kemanusiaan. Rian mengajak seluruh masyarakat, terutama pecinta sepak bola, untuk menjaga semangat solidaritas dan tidak melupakan tragedi Kanjuruhan
Dengan langkah pelan namun pasti, Rian menapaki jalan panjang menuju Malang. Setiap kilometer yang ia lalui adalah simbol keteguhan hati, keberanian, dan cinta terhadap sesama.
Pewarta/Editor: Rahmat Mashudi Prayoga