BACAMALANG.COM – Kopi menjadi komoditas primadona bak magnet yang menarik minat orang mancanegara berburu kopi di Nusantara. Di tengah beragam tantangan yang muncul mendera, petani kopi Malang Raya tak mau menyerah.
Mereka berjibaku bertahan menyuguhkan produk kuliner yang suka diminum para sufi, ahli tarekat, dan waliyullah tersebut.
Salah satu petani kopi Dampit, Tanin misalnya, sampai kini eksis bahkan sukses menularkan ilmunya kepada masyarakat luas.
Ia menceritakan, melalui program hulu – hilirisasi kopi, petani kopi Dampit bekerja sama dengan Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Malang melakukan pengikatan produksi kopi Jatim.
”Kita mengembangkan Kopi Robusta karena topografi wilayah di 300 mdpl sampai 600 mdpl,” tegas M Tamin kepada BacaMalang.com, Sabtu (8/6/2024).
Dikatakannya, hal ini sangat cocok untuk Kopi Robusta, karena tempatnya dulu sebagian bekas kebun kopi Belanda.
Ia bersyukur karena pihaknya mendapatkan program Gemilang Kopi Kakao Jatim.
Sementara itu, Business Owner Pendopo Sumber Cinde, Muhamad Anwar mengungkapkan, pihaknya sebagai brand owner Kopi Bumiaji ambil bagian sebagai offtaker untuk proses bisnis riil kopi, lewat platform business to business, grosir hasil panen maupun aneka produk turunan kopi.
Adanya peresmian Agroforestri Kopi Lereng Gunung Arjuno oleh Gubernur Jawa Timur, beberapa waktu lalu merupakan upaya membangkitkan Communal Branding Kopi Bumiaji.
“Ini upaya reborn Communal Branding Kopi. Sebab masa Hindia-Belanda kawasan ini memang dikenal sebagai sentra kopi, selain kina dan jeruknya,” tegas M Anwar,.
Satu diantaranya sebagai suplai biji Kopi Bumiaji sebagai Communal Branding ke customer, menu sajian di kedai, juga kemasan produk berlevel internasional berupa Coffee Fermented.
Lokasi lainnya yang dikenal sebagai penghasil kopi yakni Desa Bangelan Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang.
Kopi Bangelan termasuk yang tertua di Jawa Timur karena sudah ada sejak era kolonial Belanda tahun 1901.
Hingga kini, Robusta menjadi salah satu produk unggulan Desa Bangelan, sudah ekspor menyebar di 80 persen pangsa pasar internasional, seperti Inggris dan Belanda, di mana dijadikan bahan baku utama dalam membuat produk-produk olahan.
Beberapa hari yang lalu digelar selamatan menyambut panen raya petik kopi Kebun Bangelan.
Kepala UPT Bapenda Kepanjen Johan Suwandana, S.Sos., M.AP , salah satu undangan di acara tersebut memberikan dukungan pengembangan
Hasil pertanian kopi sangat berdampak untuk peningkatan perekonomian masyarakat sekitar. Untuk memaksimalkan produksi dan pemasaran ia berharap ada bantuan pemerintah.
“Harapannya ada perhatian pemerintah ke petani dan buruh pemetik kopi dan masyarakat sekitar, diberikan pembinaan, penyuluhan dan pemberdayaan pengolahan kopi sebagai mata pencaharian ekonomi masyarakat serta bantuan akses pengembangan agrobisnis wisata perkebunan,” tutupnya.
Pewarta: Hadi Triswanto
Editor/Publisher: Aan Imam Marzuki