BACAMALANG.COM – Gelaran MCC IKAPI Book Creative Fair menampilkan aneka buku dari berbagai genre. Mulai fiksi, non fiksi, pelajaran sekolah, sejarah, buku universitas maupun ilmiah populer dari berbagai penerbit di Malang.
Dari sekian stan yang mengisi pameran tersebut, ada satu yang cukup unik. Stan tersebut adalah Perpustakaan Sejarah dan Budaya Puspa Lulut yang menampilkan sejumlah artefak dan warisan literal nusantara, yang dikumpulkan guru seni dan budaya di SMAN 3 Kota Malang, Lulut Edi Santoso.
Lulut menuturkan bahwa tujuan utamanya adalah mengenalkan kembali kepada publik tentang budaya tulis nusantara.
“Ada stigma di masyarakat, bahkan juga di kalangan akademisi, bahwa budaya tulis nenek moyang kita rendah. Padahal sudah ada aksara jawa dan arab maupun enskripsi batu atau logam yang diakui atau tidak ini adalah budaya tulis nusantara,” ungkapnya saat ditemui BacaMalang.com, Jumat (3/3/2023).
Selain itu, imbuh Lulut, adanya stigma bahwa pemerintah kolonial Belanda yang menghapus dan mengambil naskah-naskah tersebut.
“Padahal menurut saya, Belanda justru lebih tertib administrasi dalam menangani naskah-naskah tersebut sebagai dokumentasi tradisi lisan, bahkan ada beberapa buku mereka yang masih menggunakan bahasa jawa,” ujarnya.
Oleh karena itu, pria yang sudah tertarik dengan buku sejak kecil ini selama sepuluh tahun terakhir berupaya merawat puluhan manuskrip atau naskah kuno yang sebagian diantaranya merupakan warisan keluarga.
Manuskrip maupun artefak tersebut ia dapat dari berburu, baik lewat pedagang online maupun keliling kampung-kampung mulai daerah Yogya, maupun Malang hingga di kawasan darah aliran sungai Brantas.
Tak sekedar berburu,, Lulut mengaku melakukan perawatan yang benar-benar ekstra dan sesuai prosedur untuk naskah kuno.
“Pemeliharaan harus minim cahaya, diterangi saat diperlukan saja. Kalau dipameran harus dibersihkan dengan ‘dilap’ per halaman. Sedangkan untuk meminimalisir kutu dan jamur, saya semprotkan insektisida, bukan di naskah tentunya, tapi area sekitarnya,” ujar pria yang masih suka merokok ini.
Salah satu koleksinya yang dipamerkan adalah manuskrip tertua yang diperkirakan dibuat pada tahun 1700 an, terbuat dari kulit kayu dengan tulisan Arab. Ia juga membawa sebuah kalender kuno, yang digunakan untuk beberap keperluan, seperti menentukan tahun baru saka maupun hari baik, masa tanam, dan masa panen. Ada pula sejumlah alat tulis untuk menulis di daun lontar, untuk logam, maupun pahat utk prasasti.
“Orang akan tahu apa dan bagaimana peralatan tulis menulis leluhur kita,” tukasnya.
Lulut berharap dari pameran ini masyarakat, khususnya generasi muda, dapat mengeksplorasi lebih jauh tentang warisan leluhur ini, minimal disesuaikan dengan kondisi, cara baca dan kreativitas, jadi bisa seperti cerpen maupun komik atau mungkin animasi.
“Intinya lewat pameran ini saya ingin meluruskan pemahaman dan menekankan bahwa tradisi baca tulis itu sudah ada di nusantara sebelum bangsa eropa masuk,” tandasnya.
#malangkotakreatif
#malangkotakolaborasi
#malangekonomikreatif
#MCC
Pewarta : Nedi Putra AW
Editor/Publisher : Aan Imam Marzuki
