BACAMALANG.COM – Widiawati, seorang lansia asal Desa Kacuk, Kabupaten Malang, kini hidup sebatang kara di wilayah Kepanjen. Kondisinya sangat memprihatinkan dan membutuhkan perhatian dari masyarakat.
Dulu, Widiawati merantau ke Batam bersama suaminya. Namun, setelah beberapa waktu menetap di sana, sang suami meninggal dunia. Ia pun kembali ke Malang, meski tanpa sanak saudara yang bisa menampungnya. Di Kepanjen, ia bekerja serabutan ikut orang selama masih sehat.
Nasib tragis kembali menimpanya saat anak semata wayangnya yang masih duduk di bangku SMA meninggal dunia akibat kanker darah. Sejak saat itu, Widiawati benar-benar hidup sendiri tanpa keluarga.
Kini, di usia senja, ia mengalami berbagai gangguan kesehatan. Ia menderita diabetes akut dan gangguan penglihatan yang membuatnya tidak lagi mampu bekerja. Tempat tinggalnya pun tidak tetap, berpindah-pindah dari satu kontrakan ke kontrakan lain.
“Sekarang posisi sakit-sakitan, sudah tidak bisa kerja. Penglihatannya sudah kabur, diabet tinggi,” ujar M Huda, warga Kepanjen yang selama ini membantu menyalurkan donasi untuk Widiawati.
Biaya hidup Widiawati saat ini sepenuhnya bergantung pada donasi dari para dermawan. Huda berharap ada lebih banyak pihak yang tergerak untuk membantu, baik secara langsung maupun melalui lembaga sosial seperti yayasan atau panti jompo.
“Menowo enek (barangkali ada) hamba Allah sing donasi,” harap Huda.
Kisah Widiawati menjadi pengingat bahwa masih banyak lansia di sekitar kita yang hidup dalam keterbatasan dan kesepian. Uluran tangan dari masyarakat bisa menjadi harapan bagi mereka yang nyaris tak memiliki siapa-siapa.
Pewarta: Hadi Triswanto
Editor: Rahmat Mashudi Prayoga