BACAMALANG.COM – Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang terus menjadi magnet bagi Orang Terlantar dan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ). Warga setempat merasa resah dan menginginkan solusi agar suasana kembali nyaman dan aman.
“Kami ingin agar orang terlantar dan ODGJ di Lawang mendapatkan solusi. Banyak warga merasa risih dan resah. Kami berharap kondisi bisa kembali nyaman dan aman,” ujar Bastian Nova Pratama, Koordinator Komunitas Arek Lawang (ARELA).
Menurut Bastian, Lawang telah lama menjadi tempat strategis bagi orang terlantar dan ODGJ karena pasar yang beroperasi 24 jam dan kedekatannya dengan RSJ Radjiman Wediodiningrat. Ini menjadikannya lokasi “pembuangan” oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab.
Masalah ODGJ yang agresif atau mengganggu lingkungan masih menjadi persoalan yang belum terselesaikan. “Belum lagi yang sakit atau mengalami kecelakaan lalu lintas. Sudah sering Arela dan TKSK menjadi penanggung jawab dan membayar biaya pengobatan mereka secara mandiri,” tambah Bastian.
Banyak yang berpikir bahwa RSJ akan menampung ODGJ ini, padahal kenyataannya tidak demikian. Warga berharap adanya solusi dari berbagai pihak dan kontribusi pemikiran dari seluruh elemen masyarakat mengenai ODGJ dan orang terlantar di Lawang. Hingga saat ini, masih banyak yang berkeliaran dan ada beberapa yang mengganggu serta berpotensi membahayakan orang lain.
Affandi, seorang warga, melaporkan bahwa ODGJ baru sering terlihat di parkiran Lawang 4 Kauman. “Posoan tambah banyak yang seliweran di Kauman karena jujugan bazar takjil,” katanya.
Muhammad Haris Pandowo bertanya apakah ODGJ bisa ditempatkan di penampungan Keputih Surabaya. “Maaf mas, kalau di taruh di penampungan Keputih Surabaya bagaimana? Apa sudah pernah ditanyakan ke dinas sosialnya?”* tanyanya.
Nuril Dewi menambahkan bahwa ODGJ kadang membawa gunting yang diselipkan di bajunya. “Kadang gunting diselipkan di batuknya, ambil meso-meso,” ujarnya.
Tatto Winaryo mengungkapkan bahwa ODGJ sering diturunkan dari mobil dari arah utara pada malam hari. “Iya, soalnya ODGJ sering diturunkan dari mobil dari arah utara malam hari,” katanya.
Ririh Ayu bertanya apakah ODGJ itu tanggungan desa dan bisa mendapatkan pengobatan gratis ke RSJ. Bastian menjawab bahwa jika ODGJ memiliki identitas, pengobatan bisa menggunakan BPJS. “Kalau ada identitasnya, bisa pengobatan menggunakan BPJS. Kalau tidak ada identitas atau domisilinya, ditanggung penanggung jawab,” jelasnya.
Ririh Ayu menambahkan, “Hati-hati saja kalau ketemu orang gila, harus rame-rame karena banyak yang bawa senjata tajam.”
Dengan adanya masalah ini, diharapkan ada solusi dari berbagai pihak terkait untuk menangani ODGJ dan orang terlantar di Lawang, sehingga masyarakat dapat hidup dengan aman dan nyaman.
Pewarta: Hadi Triswanto
Editor: Rahmat Mashudi Prayoga