BACAMALANG.COM – Menggeliatnya kembali denyut industri pariwisata seiring New Normal menjadikan seni Jaranan di Desa Purwodadi Kecamatan Tirtoyudo Kabupaten Malang semakin memikat puluhan Wisman (Wisatawan Mancanegara).
“Alhamdulillah para turis banyak yang suka dengan kesenian jaranan disini. Mereka tidak hanya belajar jaranan, namun juga membantu donasi,” tutur Ketua Kesenian Jaranan Campur Sari Turonggo Satrio Budoyo Desa Wisata Purwodadi Kecamatan Tirtoyudo Kabupaten Malang, Jumat (5/6/2020)
Mukhlis menceritakan, grup ini sudah mulai latihan rutin yaitu malam Rabu, malam Sabtu dan malam Minggu.
Mukhlis menuturkan, sebelum wabah Covid-19 datang, kegiatan latihan rutin juga pentas seni/gebyakan merupakan salah satu atraksi yang menjadi daya tarik bagi wisatawan asing yang menginap di desa tersebut, terutama wisatawan dari Eropa.
“Wisman dari Belanda senang ikutan berlatih Jaranan Pegon,” papar Mukhlis.
Mukhlis menjelaskan latihan rutin diadakan seminggu 3 kali. Yakni malam Rabu ada Jaran Pegon, malam Sabtu ada Karawitan / gending-gending, serta malam Minggu ada Tari Barongan dan Jaranan Ging.
Sementara untuk Gebyakan / pentas seni diadakan 1 bulan sekali setiap malam Sabtu Pahing.
Mukhlis mengungkapkan, kelompok seni ini berdiri sejak tahun 1971 di Dusun Purwodadi RT 21 RW 04 dan telah mengalami pergantian pengurus beberapa generasi.
“Untuk saat ini kebetulan ketuanya saya sendiri,” jelas pria yang juga Staf Pendidik di SDN 03 Desa Purwodadi Kecamatan Tirtoyudo.
Untuk peserta kegiatan seni selain turis, biasanya diikuti warga Desa Purwodadi dengan anggota kurang lebih 60 orang baik dewasa dan anak-anak.
Dalam kegiatan dilibatkan pelatih tari Pak Suhat, dan pelatih Gamelan Mbah Maridi sekaligus Pinisepuh Kelompok.
“Saya belajar sejak kecil kesenian ini. Dari kecil sudah melihat dan menonton karena tempat latihan dekat rumah saya,” tukas lelaki yang juga Ketua Pokdarwis desa setempat ini.
Mukhlis menceritakan peserta dalam setiap latihan merasa sangat antusias karena selain menyalurkan jiwa seni sekaligus sarana hiburan serta sarana melepas lelah usai siangnya bertani, apalagi mayoritas anggota adalah petani.
Mukhlis mengungkapkan, pemdes pernah membantu sejumlah uang yang selanjutnya dibelikan keyboard seharga Rp 3,5 juta beberapa tahun yang lalu.
Sementara untuk baju tari dan perangkat gamelan berasal dari iuran anggota.
Mukhlis menguraikan, tujuan berkegiatan seni ini adalah untuk melestarikan budaya Jawa agar jangan sampai punah digempur derasnya budaya asing masuk ke Nusantara.

Turis Antusias
Mukhlis menceritakan wisatawan asing yang pernah ikut berlatih jumlahnya banyak.
Mereka ada yang berasal dari Jerman , Belanda, Polandia. Termasuk turis dari Swiss bernama Andrea Blomenkamp (52 th) yang turut mendonasikan uang 100 Franken yang akhirnya dialokasikan untuk membeli seragam.
“Saya senang diantara turis ada yang sampai menyumbang uang padahal Kita tidak minta. Dia berpesan agar kami harus tetap menjaga dan melestarikan kesenian ini,” terang Mukhlis.
Mukhlis berharap agar kegiatan seni ini mendapat dukungan dari pemerintah daerah karena termasuk seni yang kuno salah satunya tari jaranan klasik agar tidak sampai punah.
Pada kesempatan khusus, pihaknya
juga ikut berkontribusi di setiap acara desa seperti larung sesaji dan bersih desa yang diadakan setiap bulan Syuro.
Filosofi seni ini cukup banyak diantaranya mengajarkan tentang harmonisasi manusia dengan dunia astral di bidang seni, dan gerakan tari yang mengandung banyak makna. (had/red)