
BACAMALANG.COM – Universitas Brawijaya (UB) kembali mengukuhkan guru besar di sejumlah bidang, yang meliputi empat profesor di bidang Ilmu Hubungan Masyarakat dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), bidang Ilmu Perencanaan Kota dari Fakultas Teknik, bidang Ilmu Perencanaan Pembangunan pada Fakultas Ilmu Administrasi (FIA), dan bidang Ilmu Manajemen Pemasaran pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB).
Prof. Rachmat Kriyantono, S.Sos., M.Si., Ph.D. dari FISIP dan Prof. Dr. Ir. Surjono dari FT dikukuhkan bersama di Gedung Samantha Krida UB, Senin (19/6/2023).
Prof. Rachmat Kriyantono menegaskan, perlunya penguatan posisi, peran maupun fungsi dari bagian Hubungan Masyarakat (Humas) saat ini.
“Perlu juga pemahaman humas dengan sebutan Management atau Corporate Communication yang digunakan sejumlah negara Eropa sementara kita di sleuruh dunia lebih mengenal sebagai Public Relation,” ungkapnya dalam sesi jumpa pers di sela gladi bersih pengukuhan di Gedung Samantha Krida UB, Minggu (18/6/2023).
Dalam orasi ilmiahnya, Profesor Pertama di FISIP UB ini akan memaparkan penelitiannya tentang Penerapan Model Excellence Plus pada Humas Pemerintah. Model tersebut bermanfaat mengembangkan praktik Humas Pemerintah agar bisa melaksanakan fungsinya sebagai penanggung jawab sistem komunikasi lembaga dalam menunjang pelayanan publik di era digital.
“Model Excellence Plus bermakna bahwa Humas dianggap bagian dari kelompok berpengaruh di staf, bukan hanya di level manajerial. Sehingga Humas dipercaya untuk menyampaikan aspirasi dan keluh kesah para staf di level menegah dan bawah agar disampaikan kepada pimpinan,” urainya.
Dikatakan Rachmat Kriyantono, dalam model tersebut menganbkat prinsip akomodatif dan advokasi dari Teori Contingency of Accommodation dan prinsip kearifan lokal sebagai cara menjalankan fungsi dan peran Humas.
“Agar makin menguatkan Humas pemerintah, maka disarankan Model Excellence Plus harus diimbangi dengan persepsi pimpinan yang positif terhadap fungsi dan peran Humas,” tegasnya.
Oleh karena itu, lanjut dia, sinkronisasi antar peraturan Humas pemerintah lintas sektor harus dilakukan sehingga tidak terjadi degradasi Humas pemerintah. Prof Rahmat berharap agar profesi Humas diperkuat eksistensinya di lembaga pemerintah dengan cara mengadopsi prinsip-prinsip Ilmu Humas secara lebih baik.
Sementara itu, Prof. Dr. Ir. Surjono dalam disertasinya berjudul Perencanaan Kota Paripurna (PKP) berbasis wise city memaparkan perencanaan kota dari yang sifatnya teknokratis menuju kota paripurna yang arif, yaitu yang menyeimbangkan aspek material dan spiritual.

“Sedikit berbeda dari model-model perencanaan kota berkelanjutan, yang mengintegrasikan matra sosial, ekonomi, dan lingkungan, model PKP melihat posisi kesejahteraan material dan spiritual sebagai tubuh dan roh kota,” ujarnya.
Dari model ini, PKP mengintegrasikan tiga matra yaitu lingkungan alam, lingkungan binaan, dan lingkungan manusia. Menurutnya, terdapat empat fase menuju kota paripurna yaitu pengentasan kemiskinan, peningkatan ketahanan, peningkatan kelayakhunian, dan peningkatan kebahagiaan.
“Kekuatan dari PKP ini lebih responsif terhadap aspek kebahagiaan yang hakiki meliputi material dan spiritual sebagai outcome pembangunan kota, sesuai dengan kultur bangsa yang berketuhanan, dan membuka ruang kajian yang luas di masa depan. Kelemahannya adalah sulitnya mengukur apalagi menetapkan standar kebahagiaan spiritual komunitas yang majemuk dan komplek,” bebernya.
Sebagai suatu organisma, roh dari kota adalah manusia sebagai penduduk kota, sehingga pembangunan kota bukan hanya untuk mengembangkan modal alam, lingkungan binaan, sosial dan manusia dari perspektif fisik material, namun juga dari perspektif kebahagiaan dan spiritual well-being.
Dalam implementasinya model PKP ini, proses perencanaan kota mengikuti siklus dari empat fase kegiatan pengentasan kemiskinan, penguatan ketahanan (resilience) masyarakat dan kota, meningkatkan kelayakhunian (livability) kota, dan meningkatkan aspek psychological-spiritual well-being.
Prof. Rachmat Kriyantono, S.Sos., M.Si., Ph.D. dikukuhkan sebagai Profesor aktif ke 2 di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) dan Profesor aktif ke 166 di Universitas Brawijaya serta menjadi Profesor ke 312 dari seluruh Profesor yang telah dihasilkan oleh Univesitas Brawijaya.
Sementara, Prof.Dr.Ir. Surjono, MTP dikukuhkan sebagai Profesor aktif ke 16 di Fakultas Teknik (FT) dan Profesor aktif ke 167 di Universitas Brawijaya serta menjadi Profesor ke 313 dari seluruh Profesor yang telah dihasilkan oleh Univesitas Brawijaya.
Kedua guru besar baru lainnya, yakni Prof. Dr. Drs. Abdullah Said, M.Si sebagai profesor Bidang Ilmu Perencanaan Pembangunan pada Fakultas Ilmu Administrasi (FIA), dan Prof. Ananda Sabil Hussein, S.E., M.Com., Ph.D sebagai profesor dalam Bidang Ilmu Manajemen Pemasaran pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) akan dikukuhkan pada Selasa (20/6/2023) di tempat yang sama.
Prof. Dr. Drs. Abdullah Said, M.Si menyampaikan pidato pengukuhan berjudul “Model Perencanaan Pembangunan Berbasis Pertukaran Ekonomi dan Sosial guna Meningkatkan Kesadaran Partisipasi Masyarakat”.
Prof. Abdullah Said mengatakan, dari studi yang telah dilakukan, perencanaan pembangunan yang umumnya ada saat ini yaitu Procedural Planning di mana, lebih bergantung kepada aspek administratif di mana perencana yang lebih pragmatis akan cepat untuk menyesuaikan karena mereka seringkali lebih condong pada gaya perencanaan tersebut.
“Sedangkan perencanaan pembangunan theory in planning atau substantive planning akan lebih dekat dengan penawaran untuk memecahkan persoalan sosial ekonomi yang ada di masyarakat menjadi fokus yang sebenarnya dalam perencanaan, sehingga substantive planning menciptakan fleksibilitas dari hasil perencanaan yang telah dibuat,” terangnya.
Ia menjelaskan, Model Perencanaan Pembangunan Berbasis Pertukaran Ekonomi Dan Sosial merupakan model perencanaan yang efektif yang merupakan gabungan dari perencanaan prosedural serta substantif yang dilakukan secara bersama-sama dan didukung oleh partisipasi dari masyarakat sebagai objek dari perencanaan pembangunan.
”Keunggulannya adalah dapat mengetahui nilai yang dipertukarkan oleh masyarakat dalam melakukan partisipasi pada perencanaan pembangunan sehingga program yang dihasilkan dari proses perencanaan lebih tepat sasaran serta berdampak nyata bagi masyarakat,” akunya.
Model ini juga berfokus pada nilai-nilai sosial dan ekonomi masyarakat yang merupakan objek dari pembangunan, dan juga mampu memberikan pilihan bentuk-bentuk partisipasi yang dapat dilakukan oleh masyarakat berdasarkan keenam prinsip dalam social exchage theory.
Prof. Dr. Drs. Abdullah Said, M.Si merupakan profesor aktif ke-13 di FIA, dan Profesor aktif ke-168 di UB, serta menjadi Profesor ke-314 dari seluruh Profesor yang telah dihasilkan oleh UB.
Sementara Prof. Ananda Sabil Hussein, S.E., M.Com., Ph.D membacakan pidato pengukuhan yang berjudul ”Experiential Relationship Quality Plus (ExRQ+) Model sebagai Strategi Peningkatan Loyalitas Wisatawan menuju Tujuan Wisata Berkelanjutan”.
“Berawal dari seringnya saya ‘healing’ dan jalan-jalan ke berbagai tempat wisata, sehingga timbul ide untuk menleiti tentang pariwisata,” ungkap guru besar termuda UB ini.
Berdasarkan kajian-kajian pada bidang pemasaran umum dan pemasaran pariwisata, imbuhnya, tampak terlihat bahwa konsep relationship quality merupakan konsep penting yang dapat digunakan oleh para pemasar khususnya pemasar pariwisata untuk mampu menciptakan sebuah hubungan jangka panjang dengan wisatawan.
“Wisatawan kalau suka dengan tempat wisata atau kuliner yang kini berkembang ke arah gastronomy tourism, akan menciptakan kepercayaan dan kepuasan sebagai komponen penting dari relationship quality mutlak dilakukan oleh pemasar,” urainya.
Dari hasil penelitiannya, Prof. Ananda Sabil merumuskan sebuah konsep untuk menerangkan proses terbentuknya loyalitas wisatawan terhadap sebuah tujuan wisata yang diberi nama Experiential Relationship Quality Plus (ExRQ+) Model.
“Sebagai konsep yang dibangun untuk menyempurnakan konsep relationship quality, konsep ExRQ+ Model memberikan beberapa kontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pemasaran, dimana model ini merupakan sebuah model konseptual yang komprehensif,” ujarnya.
Model ini juga mengintegrasikan relationship quality yang telah banyak dikaji oleh peneliti-peneliti sebelumnya.
“Saya kembangkan pada penelitian-penelitian saya sebelumnya dengan experience–engagement model,” tambahnya.
Konsep ini juga menjelaskan bagaimana sebuah interaksi di antara konsumen yang dalam hal ini adalah wisatawan akan menghasilkan evaluasi dalam bentuk kepercayaan dan kepuasan yang pada akhirnya akan menciptakan sebuah keterlibatan emosional dan sebuah hubungan jangka panjang.
Prof. Ananda Sabil Hussein, S.E., M.Com., Ph.D merupakan profesor aktif ke-21 di FEB, dan Profesor aktif ke-169 di UB, serta menjadi Profesor ke-315 dari seluruh Profesor yang telah dihasilkan UB.
Pewarta : Nedi Putra AW
Editor/Publisher : Aan Imam Marzuki