
BACAMALANG.COM – Babak Final Nusantara Bernyanyi di Rooftop Malang Town Square (MATOS), Jumat (25/8/2023) berlangsung meriah. Para peserta bukan hanya menampilkan vokal terbaik mereka, namun juga menyuguhkan kostum dan koreografi menarik. Seperti Bolelebo, salah satu lagu pilihan dari Nusa Tenggara Timur yang dibawakan Vokal Group beranggotakan 4 siswa yang merupakan finalis dari SMP Charis Malang.
Salah satu anggota group Dyara, mengaku belum pernah membawakan lagu ini sebelumnya. Meski begitu ia dan kawan-kawannya merasa cocok dan antusias untuk menyanyikannya.
“Karakter lagunya cocok dengan kelompok kami. Memang awalnya agak sulit, namun selama latihan dua minggu akhirnya bisa juga,” ungkap siswi kelas IX ini.
Dyara merasa senang dengan adanya event Nusantara Bernyanyi yang digelar Museum Musik Indonesia (MMI) ini.
“Tentunya dapat membuka wawasan lebih luas tentang lagu-lagu daerah,” tandasnya.
Sementara MIBand, salah satu finalis Vokal Group kategori SD tampil mencuri perhatian para penonton yang terdiri dari peserta, orang tua maupun perwakilan sekolah yang memadati rooftop Matos tersebut.
Ryu Candika Septi Dwiawan dan kawan-kawannya dengan berkostum adat Papua membawakan lagu Yamko Rambe Yamko lengkap dengan koreografi yang menarik. Mereka tak nampak yang grogi atau demam panggung meski harus bernyanyi sekaligus menari.
Persiapan MIBand yang merupakan singkatan dari Kami Bandulan ini ternyata cukup serius untuk mengikuti lomba yang pertama kali digelar oleh MMI ini.
“Kami latihan selama satu bulan setiap pulang sekolah,” ujar Ryu Candika Septi Dwiawan mewakili rekan-rekannya.
Menurut siswa kelas V SD Bandulan 5 Kota Malang ini, salah satu faktor kesulitannya adalah harus membawakan suara satu dan dua sekaligus mengatur gerakan-gerakan di panggung.
“Ternyata tetap lebih mudah menyanyikan lagu-lagu daerah daripada lagu KPop,” tukasnya.
Pelatih vokal dan koreografi MIBand Yuke Oktaf menambahkan, pihaknya sangat berterimakasih kepada MMI yang menggelar Lomba Nusantara Bernyanyi ini.
Ia menyarankan agar MMI maupun pihak-pihak terkait terus berkampanye atau promosi mempopulerkan kembali lagu-lagu daerah. Menurut Yuke, dari lagu-lagu daerah banyak hal yang bisa dipelajari. Ia memberi contoh misalnya untuk lagu Jaranan maka aksesoris mainan kuda-kudaan bisa dibuat dari bahan-bahan yang ada di sekitar seperti pelepah pisang misalnya.
“Seperti di Car Free Day atau workshop ke sekolah-sekolah misalnya, yang saat ini dengan kecanggihan teknologi bisa digabungkan dengan media sosial seperti TikTok atau Instagram, setelah itu mungkin baru digelar lomba-lomba berikutnya,” urai dia.
Kepala Museum Musik Indonesia Ratna Sakti Wulandari, SE merasa bersyukur bahwa respon masyarakat, khususnya para pelajar, sangat baik terhadap event yang diikuti pelajar SD dan SMP ini.
“Alhamdulillah, di luar dugaan, antusiasme peserta ternyata luar biasa,” ungkapnya.
Wanita yang biasa disapa Nana ini menambahkan, ke depan pihaknya ingin mengajak Dinas Pendidikan untuk lebih membumikan lagi lagu-lagu daerah di kalangan anak muda di tengah gencarnya arus lagu-lagu barat di berbagai media.
Ia juga berharap lagu-lagu daerah semakin banyak yang menjadi muatan lokal di sekolah, agar lebih mencintai tanah airnya.
“Kami sengaja berkolaborasi dengan semua pihak termasuk Matos untuk venue lomba sebagai upaya branding MMI yang lebih luas kepada publik Malang,” pungkasnya.
Para finalis Nusantara Bernyanyi ini terdiri dari kategori Paduan Suara SD:SDK Santa Maria ll; SDK Cor Jesu; SDN Purwodadi l. Kategori Paduan Suara SMP: Spenti Teenage Choir; Voice D’Angelo SMPK Frateran Celaket 21; SMPK Sang Timur. Kategori Vokal Group SD: Ryu & Friends; Cublak Suweng ; MIBand. Kategori Vokal Group SMP: SMPN IV; SMP Charis ; SMP Kalam Kudus ll. Kategori Solo SMP: Reinhart Yupai; Michelhena Angel S; Charlotte Arauna P. Kategori Solo SD: Manggala; Alviano Than Wijaya; Fatima Fransisca.
Pewarta : Nedi Putra AW
Editor/Publisher : Aan Imam Marzuki