BACAMALANG.COM – Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB-TNBTS) mengumumkan penutupan secara total seluruh objek dan daya tarik wisata alam di kawasan TNBTS terhitung Selasa (5/10/2021), hingga ada pengumuman lebih lanjut.
Pengumuman ini disampaikan dalam pengumuman tertulis dengan Nomor: PG.29/T.8/BIDTEK/BIDTEK.1/KSA/10/2021 yang ditandatangani Plt Kepala BB TNBTS Novita Kusuma Wardani, tanggal 5 Oktober 2021, yang juga disiarkan lewat akun media sosial instagram resmi BB-TNBTS, @bbtnbromotenggersemeru.
Kepala Sub Bagian Data Evaluasi Pelaporan dan Humas TNBTS, Syarif Hidayat mengatakan, penutupan ini merujuk pada diktum 1 huruf e (3), dan diktum 5 huruf j Instruksi Mendagri no 47 tahun 2021 tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 4,3,2 dan 1 covid 19 di wilayah Jawa-Bali.
Penutupan ini cukup mengejutkan, karena objek wisata terkemuka di Jawa Timur ini sudah memberlakukan uji coba dibuka untuk wisatawan selama sebulan terakhir. Tercatat sebanyak 7.904 orang wisatawan yang berkunjung, dengan rincian wisatawan nusantara 7.878 orang dan dari mancanegara 26 orang, dengan total Penerimaan Negara Bukan Pajak, (PNBP) sebesar Rp. 283.478.500,- dalam kurun waktu 6-30 September 2021.
“Bagi calon wisatawan yang sudah terlanjur memesan tiket akan kami siapkan mekanisme re-schedule,” ujarnya, Selasa (5/10/2021). Penutupan ini tentunya menjadi pukulan telak bukan hanya bagi wisatawan, namun juga bagi para pelaku wisata.
Rahmad Hidayat, salah seorang pelaku wisata menuturkan, di bulan Oktober ini sebenarnya secara grafik sudah mulai ada peningkatan kedatangan tamu.
“Saya jelas merasa syok, karena jadwal kunjungan tamu saya sudah full untuk per weekend di bulan ini,” saat dihubungi BacaMalang secara terpisah.
Belajar dari pengalaman penutupan di tahun sebelumnya, Rahmad langsung mengantisipasi hal ini kepada para camon tamunya. “Semua harus langsung dibicarakan dengan baik, salah satunya setelah mendapat info langsung share ke para peserta,” ungkapnya.
Meski tak ingin berspekulasi, Rahmad menduga penutupan ini terkait tracing, apakah problemnya dari kunjungan wisatawan atau apakah di wilayah TNBTS ini vaksin sudah merata atau belum. “Tapi yang pasti dampaknya merata secara keseluruhan ke teman-teman pelaku wisata,” tegasnya.
Oleh karena itu ia memberi saran agar semua kegiatan di TNBTS harus sesuai dan mematuhi prokes.
“Memang bagi sebagian pelaku wisata di Bromo, khususnya masyarakat Tengger, penutupan ini akan membuat mereka akan kembali ke aktivitas semula dengan bercocok tanam, akan tetapi bagi pelaku wisata lainnya harus sudah sedia payung sebelum hujan, belajar dari pengalaman sebelumnya,” papar pria asal Malang yang juga punya usaha kuliner ini.
Rahmad merasa pandemi ini seperti mengembalikan mereka ke titik nol, sehingga perlu bijak dalam menyikapinya. “Intinya jangan berhenti bergerak, ikhtiar dan berdoa,” tandasnya. (ned)