
BACAMALANG.COM – Saat ini Kota Malang dikenal sebagai gudangnya kafe. Mulai dari model warkop hingga kafe untuk kalangan menengah ke atas bertebaran di seluruh penjuru kota. Namun ada satu yang unik dari sekian banyak kafe tersebut. Adalah Kafe Golekan, sebuah kafe di sudut Jalan Kecilung no. 28, Lowokwaru Kota Malang, yang mengusung konsep jadul dengan memajang ribuan boneka.
Kafe ini terdiri dari dua lantai. Lantai pertama digunakan sebagai galeri boneka dan tempat untuk menikmati minuman dan makanan meski hanya cukup untuk dua orang saja.
Sementara lantai dua merupakan area kafe, tempat pengunjung dapat bercengkerama, namun tetap dengan sejumlah boneka dan berbagai pernak-pernik lawas dan beberapa tokoh topeng-topeng wayang yang dipasang di dinding bagian outdoor.
Di atasnya, ada semacam ruang kecil yang juga dipenuhi berbagai boneka dengan beragam karakter dan ukuran. Para tamu pun bebas untuk menggendong atau berfoto dengan boneka-boneka tersebut.
Boneka-boneka tersebut sebenarnya lucu, dengan tatapan maupun karakter yang benar-benar mirip bayi atau manusia. Ada yang tidur, minta digendong ataupun tersenyum.
Namun tak sedikit pula yang bentuknya mengerikan. Kesan horror pun merebak karena aroma dupa yang dipasang di pintu masuk kafe yang buka mulai pukul 16.00 WIB ini.
“Awalnya saya sudah punya banyak koleksi boneka, namun sejak suami saya meninggal dua tahun lalu, saya punya ide untuk buka kafe dengan konsep memajang boneka-boneka saya,” ungkap owner dan pengelola Kafe Golekan, Lusiana Febriani kepada BacaMalang.com, Selasa (30/5/2023).

Nama Golekan sengaja ia pilih, yang diambil dari bahasa Jawa yang berarti boneka. Lusiana menegaskan, bahwa boneka-boneka yang ia koleksi sejak 9 tahun silam ini sengaja dipajang agar dapat dinikmati orang lain. Sementara kafe tersebut resmi beroperasi pada bulan Desember 2022 lalu.
“Jadi konsep sebenarnya adalah nostalgia dengan boneka-boneka lama, meski dapat juga dibilang sebagai balas dendam, karena waktu kecil beberapa kali pindah rumah banyak boneka koleksi saya yang hilang,” tukasnya.
Dua tahun lalu, lanjut dia, koleksi terhitung sedikitnya sudah mencapai 1.500 boneka. Beberapa di antaranya sudah cukup dikenal orang, seperti boneka Pinokio dan tokoh Mr Bean.
“Jadi sekarang yang pasti semakin bertambah, karena saya tetap ‘hunting’ lewat online,” ujarnya.
Dijelaskan Lusiana, awalnya ia mencari boneka-boneka dari Indonesia, yang dibuat pada tahun 1950 dan 1960-an, yang kemudian mulai melebar ke boneka-boneka luar negeri.
“Selain membeli ada juga yang merupakan pemberian dan adopsi. Saya juga penggemar film horror, sehingga favorit saya tentu saja boneka-boneka yang punya karakter mengerikan di film-film tersebut, seperti Annabelle, yang jadi favorit para pengunjung di sini,” paparnya.
Meski demikian ia masih terobsesi dengan dua karakter yang belum sempat dimiliki, yakni boneka legendaris dari film Hollywood, Chucky serta The Doll, film produksi dalam negeri yang dibuat hingga tiga seri.
“Sebelumnya, nyaris Chucky saya dapat, hanya selisih detik saja kalah dengan pembeli lain di online. Sayang sekali tentunya, karena produknya sudah diskontinyu,” ucap dia.
Meski demikian Lusiana cukup bangga karena memiliki satu koleksi boneka yang usianya sudah lebih dari satu abad. Boneka tersebut dipajang di dalam etalase galerinya dengan apa adanya, tanpa busana seperti saat ia memperolehnya.
Ribuan boneka ini tentu saja memerlukan perawatan agar tetap awet. Dikatakan Lusiana, untuk boneka-boneka yang berada di dalam etalase, sehingga terlindung dan jarang kena debu, relatif mudah perawatannya karena hanya dibersihkan biasa.
Sementara yang di luar dan bisa dipegang atau dipangku pengunjung, dibersihkan dengan air seperti orang dimandikan, bahkan kadang-kadang rambutnya juga dikeramasi.
“Bajunya juga saya ganti, saya sudah menyediakan berbagai ukuran,” ungkapnya.

Boneka-boneka ini punya nama masing-masing, meski tidak semuanya. Lusiana mengaku, yang diberi nama adalah yang kerap berinteraksi dengan tamu saja.
“Kalau boneka produksi Annette Himstedt Dolls dari Jerman sudah punya sertifikat lahir dan nama, sehingga tidak perlu diberi nama lagi, sementara yang jadi favorit pengunjung, ada yang namanya Samantha dan juga Annabelle tentunya,” ujar penggemar anjing dan kucing ini.
Lusiana juga tidak terlalu khawatir bahwa bonekanya diambil tangan-tangan jahil dari para pengunjung kafenya. Ia menjelaskan bahwa pada dasarnya semua bonekanya dalah boneka spirit.
“Bedanya saya tidak memanggil atau mengundang spirit itu, mereka yang singgah sendiri ke dalam boneka-boneka tersebut,” akunya.
Meski demikian, Lusiana mengaku sampai saat ini tidak pernah terjadi peristiwa di luar nalar di kafenya. Pengunjungnya pun terdiri dari berbagai kalangan dan usia. Sebagian tamu ada yang spesial datang untuk minta dibacakan kartu tarot.
“Bahkan dengan semakin banyaknya tamu, terutama saat akhir pekan, membuat saya berencana untuk memperluas kafe saya ini,” tandasnya.
Kafe Golekan menyediakan menu kuliner dengan harga yang cukup terjangkau. Kafe ini juga memiliki jajanan jadul populer yang mungkin agak jarang ditemui saat ini, seperti permen karet warna-warni, permen rokok, hingga coklat koin dan lainnya.
“Intinya kami ingin para tamu kembali bernostalgia, baik itu dengan boneka-boneka yang mungkin dulu pernah dimiliki maupun jajanan yang ada di sini,” pungkas dia.
Salah satu pengunjung, Sandi Resi Maulana menuturkan, dirinya tertarik karena kerap melewati kawasan ini dan tertarik dengan gambar boneka di depannya.
“Akhirnya saya sering mampir ke sini, dan menurut saya bonekanya lucu-lucu dan bagus-bagus,” ujar warga Sawojajar yang juga menyukai boneka Samantha ini.
Sementara bagi Kevin Putra Wijaya yang sudah kedua kalinya ke Kafe Golekan ini mengaku, bahwa kebanyakan boneka-boneka tersebut didesain tampil horor daripada yang lucu.
“Unik sih, tapi memang kebanyakan menyeramkan, salah satunya yang ada di pojok galeri lantai satu itu, apa mungkin ada isinya ya?,” ungkap pria asal Surabaya ini sambil tersenyum.
Pewarta : Nedi Putra AW
Editor/Publisher : Aan Imam Marzuki